Dejurnal, Ciamis,- Pemerintah Kabupaten Ciamis terus memperkuat implementasi Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya dari sisi pemenuhan gizi, tetapi juga aspek pelestarian lingkungan.
Seiring meningkatnya aktivitas dapur umum Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), volume limbah padat dan cair turut mengalami peningkatan yang perlu segera ditangani secara sistematis dan berkelanjutan.
Sebagai bentuk keseriusan menghadapi tantangan tersebut, Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (DPRKPLH) Kabupaten Ciamis menggelar sosialisasi pengelolaan limbah padat organik dan limbah cair dari dapur umum SPPG di Aula Dinas PUPRP Ciamis. Kamis (07/08/2025).
Dari 31 SPPG se-Kabupaten Ciamis yang diundang hadir 50 orang masing-masing terdiri dari Kepala dan Mitra SPPG.
Kabid Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan DPRKPLH Ciamis, Rini Valianti, menegaskan pentingnya pencatatan volume limbah oleh masing-masing SPPG sebagai dasar pengambilan kebijakan pengelolaan lingkungan.
“Setiap SPPG wajib mencatat volume sampah harian dan bulanan. Pencatatan ini akan ditinjau secara berkala oleh DPRKPLH, minimal seminggu sekali,” ujar Rini.
Rini menambahkan bahwa data sampah tersebut sangat dibutuhkan, terutama ketika pemerintah pusat atau provinsi meminta laporan konkret mengenai dampak lingkungan dari pelaksanaan program MBG.
Pencatatan dan pelaporan data limbah juga menjadi bagian dari upaya Kabupaten Ciamis dalam meraih penghargaan Adipura, yang menjadi indikator penting kota/kabupaten bersih dan ramah lingkungan.
“Mulai akhir bulan ini, laporan limbah dari dapur MBG wajib dikumpulkan setiap bulan. Ini bentuk nyata komitmen Ciamis menuju tata kelola lingkungan yang terstruktur,” tegas Rini.
Rini menyarankan agar setiap SPPG untuk menyimpan data pencatatan di lokasi yang mudah dibaca dan diakses petugas saat kunjungan.
“Bahkan, lebih baik sebelum diambil oleh petugas kebersihan, sampah ditimbang terlebih dahulu guna akurasi data,” tegasnya.
Dijelaskan Rini sosialisasi juga memuat edukasi pemanfaatan limbah dapur secara produktif. Contohnya, Kepala SPPG Cisaga, Nandang, mengungkapkan bahwa sisa nasi dan buah dari dapur MBG yang jumlahnya mencapai 1 kuintal 70 kilogram telah dimanfaatkan untuk pakan bebek, entog, ikan, hingga budidaya maggot.
Selain itu, minyak jelantah dari aktivitas memasak juga dapat diolah menjadi produk bernilai ekonomis seperti sabun, lilin, atau biofuel.
Rini menyebut, warga dapat menjual minyak jelantah ke bank sampah yang akan langsung disampaikan perusahaan seperti PT Djarum untuk dijadikan bahan baku biodiesel.
“Kami ingin mendorong kreativitas masyarakat dalam mengolah limbah. Bukan hanya menjual, tapi juga menjadikannya produk bermanfaat,” ujar Rini.
Lebih lanjut Rini menyebutkan DPRKPLH juga menyoroti pengelolaan limbah cair, terutama yang mengandung FOG (Fat, Oil, Grease) dari cucian dapur.
“Kami minta setiap dapur memasang Grease Trap, agar lemak tidak masuk langsung ke saluran air. Jika dibiarkan, FOG bisa menyumbat pipa, mencemari lingkungan, dan menimbulkan bau tak sedap,” kata Rini.
Rini mengingatkan agar air pencucian didiamkan terlebih dahulu agar lemak dan air bisa terpisah, sebelum dialirkan ke saluran limbah rumah tangga.
Keberhasilan program MBG menurut Rini bukan hanya dari sisi pelayanan gizi, tetapi juga dari keberhasilannya menjaga kelestarian lingkungan.
“Sinergi antara SPPG, pemerintah daerah, dan masyarakat sangat penting agar pengelolaan limbah berjalan tertib dan terpantau. Mari kita jaga lingkungan, dukung Ciamis menjadi kabupaten bersih, sehat, dan berkelanjutan,” pungkasnya. (Nay Sunarti)