Dejurnal, Ciamis,- Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ciamis, dr. Eni Rochaeni, menjadi narasumber utama workshop bertema “Hilirisasi Model Partograf Digital Big Data: Revolusi Dokumentasi dan Deteksi Dini dalam Kesehatan Ibu dan Anak” yang digelar Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) Universitas Galuh (Unigal) Ciamis, Jumat (22/05/2025).
Dalam paparannya, dr. Eni menegaskan bahwa kehadiran Dinkes Ciamis merupakan bukti nyata kolaborasi lintas sektor dalam menekan angka kematian ibu dan bayi di daerah.
“Partograf digital menjadi instrumen penting bagi bidan untuk memantau proses persalinan dengan lebih akurat, cepat, dan efisien. Dengan sistem ini, bidan lebih sigap sehingga risiko komplikasi bisa ditekan. Dampaknya, angka kematian ibu dan bayi di Ciamis terus menunjukkan tren penurunan,” ujarnya
Eni menilai kerja sama antara Dinkes Ciamis dan FIKes Unigal dalam hilirisasi partograf digital adalah langkah strategis.
“Ini bukan sekadar inovasi teknologi, melainkan investasi untuk keselamatan ibu dan anak. Kolaborasi ini harus terus diperkuat agar manfaatnya dirasakan luas, baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat,” tambahnya.
Menurut Eni, partograf digital memudahkan bidan memantau kemajuan persalinan secara lebih akurat dibandingkan metode manual berbasis kertas. Data ibu seperti tekanan darah, nadi, hingga suhu tubuh tercatat rapi, begitu pula informasi bayi baru lahir seperti berat badan, jenis kelamin, hingga skor Apgar.
“Dokumentasi yang akurat sangat memengaruhi pengambilan keputusan klinis. Dengan data real-time, bidan bisa memberikan intervensi tepat dan cepat,” tegasnya
Dikatakan Eni keunggulan lain partograf digital adalah adanya sistem peringatan visual dan auditori.
“Fitur ini membantu bidan mengenali penyulit atau penyimpangan selama persalinan lebih dini. Notifikasi otomatis memberi petunjuk tindakan yang harus segera dilakukan untuk mencegah risiko lebih besar,” tuturnya
Lebih lanjut Eni menjelaskan dalam praktik kebidanan, kecepatan pengambilan keputusan sangat menentukan keselamatan ibu dan bayi. Partograf digital mempercepat proses intervensi medis sekaligus meningkatkan kolaborasi antar tenaga kesehatan.
“Intervensi yang tepat waktu bukan hanya menyelamatkan nyawa, tapi juga meningkatkan kualitas layanan kebidanan,” jelasnya.
Eni mengungkapkan persalinan yang lama berisiko memicu komplikasi serius. Dengan partograf digital, durasi persalinan abnormal dapat ditekan, sekaligus mengurangi angka operasi sesar yang sebenarnya bisa dihindari.
“Karena berbasis aplikasi, partograf digital membuat bidan tidak perlu lagi membawa berkas kertas. Semua data tersimpan aman, praktis, dan mudah diakses kembali untuk kebutuhan pengarsipan maupun tindak lanjut,” ungkapnya
Ditambahkan Eni selain sisi teknis, partograf digital juga mendorong kepatuhan bidan dalam pencatatan data. Antarmuka yang mudah digunakan membuat bidan lebih termotivasi dan disiplin dalam pengisian data.
“Secara keseluruhan, partograf digital hadir sebagai inovasi yang menjawab tantangan pelayanan persalinan,” tambahnya.
Eni juga menyebutkan dengan pencatatan efisien, deteksi dini komplikasi, serta keputusan klinis yang lebih cepat dapat meningkatkan kemajuan dalam menyelamatkan ibu dan bayi.
“Kita berharap implementasi partograf digital bisa diperluas di berbagai fasilitas kesehatan, sehingga semua ibu hamil mendapatkan layanan yang aman, cepat, dan berkualitas,” imbuhnya
Sementara itu Dosen Prodi Profesi Bidan Unigal sekaligus peneliti program hilirisasi, Bidan Widya Maya Ningrum, yang akrab disapa Maya menegaskan pentingnya transformasi digital dalam kebidanan.
“Partograf manual seringkali kurang optimal dan berpotensi menyebabkan keterlambatan rujukan. Dengan partograf digital, tenaga kesehatan akan mendapat notifikasi real-time jika ada penyulit persalinan, sehingga keputusan klinis bisa diambil lebih cepat,” jelas Maya.
Maya menyoroti peluang integrasi partograf digital dengan program strategis pemerintah, termasuk percepatan penurunan stunting dan pencatatan kelahiran.
“Momentum transformasi digital nasional harus dimanfaatkan. Selain untuk layanan kesehatan, mahasiswa juga perlu dibekali literasi digital agar siap menghadapi sistem kesehatan berbasis teknologi,” ucapnya
Maya berharap dengan workshop tersebut menjadi ruang sinergi antara akademisi, praktisi, dan pemerintah daerah untuk mendorong pemanfaatan teknologi kesehatan modern.
“Hilirisasi partograf digital diharapkan mampu menekan angka kematian ibu dan bayi, sekaligus memperkuat sistem kesehatan menuju Ciamis Sehat dan Berkelanjutan,” pungkasnya. (Nay Sunarti)