Dejurnal, Ciamis,- Pemerintah Kabupaten Ciamis bersama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) menggelar agenda Penguatan Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi di Aula BKPSDM Ciamis. Jumat (12/09/2025)
Kegiatan tersebut menjadi momentum penting untuk mendorong peningkatan literasi masyarakat sekaligus memperkuat peran perpustakaan dalam pembangunan sumber daya manusia.
Kepala Perpusnas RI, Prof. E. Aminudin Aziz, M.A., Ph.D., menegaskan bahwa penguatan perpustakaan, baik sekolah, madrasah, perguruan tinggi, maupun desa, merupakan investasi jangka panjang dalam membangun manusia.
“Pemberdayaan perpustakaan bukan sekadar menyediakan buku, tetapi memastikan bahwa literasi benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Saya ingin memastikan buku bermutu yang dibagikan ke desa, rumah ibadah, dan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) benar-benar memberi dampak positif,” ungkap Aminudin.
Aminudin juga menyampaikan kebanggaannya atas capaian Kabupaten Ciamis yang dinobatkan sebagai kabupaten kecil terbersih se-ASEAN.
“Sebagai orang asli Ciamis, saya merasa bangga. Ciamis adalah kota yang nyaman dan layak menjadi contoh. Kini, penguatan perpustakaan menjadi langkah penting untuk meningkatkan kecakapan literasi masyarakat,” ujar Aminudin.
Menurut Amin, ada dua hal penting yang ingin dicapai dalam rapat koordinasi penguatan perpustakaan kali ini. Pertama, Kabupaten Ciamis tahun 2024–2025 akan mendapatkan bantuan buku bermutu. Kedua, Perpusnas ingin memastikan buku-buku tersebut benar-benar sampai ke perpustakaan desa, rumah ibadah, maupun TBM, sehingga manfaatnya bisa dirasakan masyarakat.
“Saya ingin tahu secara nyata bagaimana manfaat buku-buku itu. Jangan hanya berhenti di distribusi, tetapi harus sampai pada perubahan perilaku membaca masyarakat,” tegasnya.
Aminudin juga mengungkapkan bahwa dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Ciamis lima tahun ke depan, pendidikan dan perpustakaan telah ditetapkan sebagai prioritas utama. Menurutnya, ini menunjukkan adanya kesadaran baru dari pimpinan daerah akan pentingnya literasi untuk pembangunan masyarakat.
“Peningkatan literasi membaca akan berdampak langsung pada indeks pembangunan manusia. Ini adalah investasi besar, meski hasilnya tidak bisa dilihat secepat membangun jembatan atau infrastruktur fisik. Membangun manusia butuh waktu, tetapi harus dimulai dari sekarang,” kata Aminudin.
Aminudin menambahkan, koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten/kota dalam penguatan perpustakaan memerlukan biaya besar jika dilakukan terpisah. Karena itu, forum rapat kali ini menjadi wadah penting untuk menyatukan langkah dan membangun kebersamaan.
“Melalui rapat ini, semua pihak bisa duduk bersama, menyamakan visi, dan bergerak dalam satu arah. Dengan begitu, penguatan perpustakaan bisa benar-benar memberikan dampak nyata bagi masyarakat,” terangnya
Bupati Ciamis, Dr. H. Herdiat Sunarya, menegaskan bahwa perpustakaan desa, sekolah, madrasah, hingga perguruan tinggi harus diberdayakan secara optimal sebagai pusat ilmu pengetahuan, bukan sekadar tempat menyimpan rak buku.
Menurut Bupati Herdiat, penguatan literasi sangat penting untuk meningkatkan minat baca masyarakat, terutama di tengah derasnya arus digitalisasi yang memengaruhi pola konsumsi informasi.
“Jangan sampai perpustakaan hanya menjadi gudang buku. Perpustakaan harus hidup, menjadi tempat masyarakat menambah pengetahuan dan keterampilan. Mari kita bersama-sama membiasakan membaca, baik di sekolah maupun di rumah,” ujarnya.
Herdiat mengungkapkan, kondisi pendidikan di Ciamis masih menjadi tantangan. Saat ini, hanya sekitar 30 persen masyarakat yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sementara 70 persen lainnya berhenti di tingkat SMA bahkan sebagian tidak melanjutkan sekolah.
“Untuk itu, keberadaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di tiap desa diharapkan bisa menjadi solusi agar masyarakat tetap memiliki akses pembelajaran sepanjang hayat,” tuturnya.
Bupati juga menyoroti fenomena menurunnya minat baca akibat dominasi tontonan digital seperti YouTube dan media sosial. Jika tidak diarahkan dengan baik, masyarakat terutama generasi muda lebih sering mengonsumsi bacaan dan tontonan yang justru merusak moral.
“Teknologi digital membawa dampak positif sekaligus negatif. Kalau tidak mampu kita arahkan, anak-anak bisa terjerumus pada hal-hal yang membahayakan moral dan masa depan mereka,” tegasnya
Bupati juga menyinggung meningkatnya kasus kekerasan dan pelecehan seksual pada anak di Ciamis. Hingga tahun ini, tercatat ada sekitar 50 kasus dengan jumlah korban mencapai ratusan anak.
“Efeknya tidak langsung terasa sekarang, tapi 10 sampai 15 tahun ke depan anak yang menjadi korban bisa saja tumbuh menjadi pelaku. Ini bahaya luar biasa,” kata Herdiat.
Herdiat menekankan, pengawasan terhadap anak tidak hanya menjadi tanggung jawab guru di sekolah, tetapi lebih banyak berada pada orang tua yang mendampingi anak di rumah.
Herdiat mengakui, Pemerintah Kabupaten Ciamis memiliki keterbatasan anggaran jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain. Namun demikian, Pemda tetap berkomitmen untuk memperkuat pemberdayaan perpustakaan, meningkatkan kualitas pendidikan, serta memperluas akses literasi masyarakat.
“Keinginan Pemda ini luar biasa, hanya saja kemampuan kita masih terbatas. Karena itu, dibutuhkan kerja sama semua pihak agar tujuan besar meningkatkan minat baca dan kualitas pendidikan masyarakat bisa tercapai,” imbuhnya
Sementara itu Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi Perpusnas RI, Dr. Taufiq Abdul Gani, S.Kom., M.Eng.Sc., menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan upaya menyatukan gerakan literasi yang selama ini berjalan sendiri-sendiri.
“Selama ini perpustakaan desa, sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi berada di kawasan yang sama, tetapi bergerak sendiri-sendiri. Padahal masyarakat yang dilayani sama. Jika bergerak bersama, hasilnya akan lebih optimal,” katanya.
Menurut Taufiq, Perpusnas berkomitmen melakukan pembinaan dan penguatan kelembagaan perpustakaan di seluruh Indonesia.
“Kami mendorong ide kreatif, kolaborasi, dan optimalisasi bantuan yang sudah diberikan kementerian maupun lembaga agar literasi bisa menjangkau masyarakat lebih luas,” pungkasnya (Nay Sunarti)