Dejurnal.com, KBB – Ngabungbun, adalah proses pembibitan biji sayuran hingga menjadi benih yang siap dijual ke petani. Di Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong banyak warga melakukan pekerjaan ini, melibatkan warga lainnya dalam prosesnya.
Salah satunya Uyun (40 taunan), ibu dua anak warga RT 01/08 Kp Sindangpalay, Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Kab. Bandung Barat ini, bersama suaminya sudah 9 tahun ngabungbun memenuhi pesanan bibit sayuran para petani di sekitar Kecamatan Parongpong.
Uyun memangfaatkan 56 tumbah lahan tanah yang disewanya RP 1.500.000,-/ tahun sebagai tempat ngabungbun. Lahan tanah tersebut diberi atap plastik yang ditihangi bambu agar jika hujan biji sayur yang baru disemai tidak langsung terguyur air hujan, namun sinar natahari tetap masuk. Pembenihan hanya disiram lembut sehari-sekali. Tempat pembibitan yang medianya dihamparkan di atas alas yang menyerupai meja setinggi 50’cm dari permukaan tanah dijjejerkan masing-masing untuk satu jenis sayuran.
Sebelum menyemaikan biji, disiapkan dulu pupuk kandang. Uyun dan para pembunbun lainnya menggunakan pupuk kandang sapi yang dibeli seharga Rp 15000/ karung 50 kg. Tak perlu sulit mencari.karena suka ada yang mengirim.
Setelah.dilakukan proses pendinginan atau.pupuk kandang sudah tidak berbau, pupuk tersebut digemburkan dengan cara disaring menggunakan ram kawat. Kemudian pupuk tersebut dihampatkan di papan yang sudah disiapkan sebelumnyan. Setelah itu baru disemaikan biji sayuran.
Alasan digunakan pupuk kandang dengan tidak mencanpurkan tanah, supaya benih apabila sudah menjadi kecambah mudah memindahkannya ke colongcong. Tinggal cungkil dengan jari tangan dan dipindahkan ke colongcong.
Rata-rata lama penyemaian biji hingga menjadi bibit yang siap dijual selama 20′ hari. Brokoli, burkol, sadeli, saladah, kemangi, cabe, tomat, kecuali saledri agak lama bisa mencapai satu bulan.
Sebelum menjadi bibit yang siap dijual, biji yang sudah disemai ke.atas.pupuk kandang dalam beberapa hari antara 5-7 hari (tergantung.jenis sayurannya) biji tersebut.jadi kecambah dengan ketinggian 2′.samapai 3 cm.
Sebelum kecambah dipimdahkan, disipkan colomgcong dan tanah. Colongcong itu media tanaman untuk satu bibit yang.terbuat dari daun pisang. Dibentuk lingkaran setinggi antara 2 cm dengan diameter 2 cm. Harga colongcong Rp 7500/1000’colongcong. Banyak warga yang sengaja mengisi waktu dengan membuat colongcong untuk dijual.ke pembungbun.
Kecambah dipimdahkan ke colongcong yang kemudian diberi tanah. Tanah untuk isi colongcong ini dibeli pembungbun Rp 50.000,-/ engkel. Setelah kecanbah berpindaj ke colongcong, disusun satu-satu di tempat yang sudah disiapkan. Meja paranggong. Butuh waktu antara 7 -10 hari kecambah yang sudah pindah ke colongcong untiuk bibit itu siap dijual, atau dengan tinggi antara 4-5 cm.
Harga perbibit Rp 60-250. Paling.tinggi harga brokoli Rp 250. Uyun memounyai pegai 11 orang untuk memindahkan kecambah ke dalam colongcong. Upah yang diterima pegawainya 25.000/1000 bibit. Setiap.hari pegawainya ada yang mengerjakan 3000-4000 colongcong. Setiap hari Uyun mengeluarkan upah Rp 700.000.

Uyun enggan menyebut berapa keuntungan yang didapat dari ngabungbun. “Alhamdulillah lumayan lah,”‘katanya di sela-sela melayani petani yang membeli bibit hari Minggu, (20/9).
Sambil mengepak bibit yang dibeli petani, Uyun menuturkan, setiap hari dirinya menyemai biji benih. Biji benih ia dapatkan dari toko pertanian. Yang lebih cepat perputarannya yakni sayur sejenis sosin, pokcoy dan saladah karena yang dipanen daunnya atau sepohon utuh. Sedangkan cabe atau cengek, tomat, dan terong yang dipanen buahnya, hingga bisa beberapa kali panen sampai tidak produktif.
Dengan sistem ngabungbun, petani bisa praktis terbantu pekerjaan pembenihannya. Pembungbun membenihkan bibit sedangkan oetani fikus mengolah lahan dan merawat tanaman.***Sopandi