BerandadeBisnisProduksi Dorokdok Sempat Berjaya, Enu Tarwiana Warga Banjaran Wetan Kini Perlu...

Produksi Dorokdok Sempat Berjaya, Enu Tarwiana Warga Banjaran Wetan Kini Perlu Suntikan Modal

Dejurnal.com, Bandung – Di Desa Banjaaran Wetan Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung, ada Kampung Cihamerang. Kampung ini terkenal dengan pelaku usaha rumahan kerupuk kulit, atau dorokdok.

Tidak diketahui berapa persis jumlah para pengrajin rumahan produksi dorokdok itu, yang jelas tak hanya di kampung tersebut, yang memproduksi kerupuk kulit berkembang ke kampung tetangga, seperti ke Kampung Babakan Sadang.

Salah satu pengrajin kerupuk kulit yang sempat berjaya sampai bisa memproduksi 2 kuintal dalam sebulan adalah, Enu Tarwiana (60 th), warga Kampung Babakan Sadang RT 02/ RW 07 Desa Bannjaran Wetan kecamatan setempat.

Enu pernah mengalami masa emas tahun antara tahun 2007-2010. Ia mengaiu, awalnya prihatin, membel 1 kg kulit bahan untuk kerupuk, hingga bisa 1 kintal dan terus berkembang hingga bisa mebcapai 2 kuintal dalam 1 bulan di tahun 2007-2010.

Produksi sejumlah itu pemasarannya selain di dalam kota, juga sampai ke luar kota seperti ke Bogor. Enu melibatkan sekitar 20 karyawan, bahkan bisa lebih.

“Bagian memotong kulit 3 orang, menholah 3 orang, menggoreng 4 orang, dan beberapa orang mengemas serta mendistribusikan ke pasar, total 20 orang, ” kata Enu di rumahnya yang difungsikan juga sebagai toko. Sedangkan pabrik ada di belakang rumahnya.

Semasa jaya, produksi kerupuk Enu diberi nama Santi Nurhidayah., nama salah satu anak Enu. Tapi sekatang diganti menjadi produksi Kel: Azzam Putra, juga dari nama anaknya.

Di rumahnya, Enu tinggal 3 orang, 1 anak dan 1 mantu serta cucu, setah istrinya meninggal di pertengahan masa Covid 19.
Meski sekarang usaha Enu mengalami penurunan tapi, ada jejak hasil masa kejayaan Enu.

“Dulu rumah saya berdinding bilik, alhamdulilah sekarang tembok dengan lantai keramik dan juga membeli lahan sawah, ” kata Enu.

Enu lahir di Kampung Batukarut Kecamatan Arjasari, bersebelahan dengan Kecamatan Banjaran. Karena pernikahan dengan istrinya yang meninggal itu Enu jadi bermukim di Banjaran.

Enu mengaku tidak pernah mencoba usaha lain. Lahan sawah yang dimilikinya juga digarap oleh orang lain. Sejak produksi keripuk kulit menurun, ia mencoba menambah usahanya dengan memproduksi kerupuk dari bahan tepung yang sudah jadi. Seperti pangsit, kerupuk jenar, jendil daj yang lainnya.

Kerupuk tersebut dibeli mentahnya dari pasar, kemudian digoreng di rumah dan dikemas. Meski pemasarannya tidak semuas dulu, namun bisa menambah penghasilan.

Enu mengaku, untuk memperluas pemasaran ia membutuhkan suntikan modal. Sejak perosot produlsinya, Enuebgaku untuk tbahan modal ia menjual sebahian lahan sawah.

” Ya kalau ada yang bisa memberikan bantia modal sekitar Rp 15 juta, bisa 2 kuintal kulut untuk 2 bulan. Tapi modal yang tidak memberatkan. Karena terus terang saya sudah tua, tidak mau terbenani hutang,” pungkas Enu Tarwiana. *** Sopandi

Anda bisa mengakses berita di Google News

Baca Juga

JANGAN LEWATKAN

TERPOPULER

TERKINI