Dejurnal.com, Bandung – Setiap tanggal 12 Mulud benda pusaka peninggalan nenek moyang dahulu yang tersimpan di situs Bumi Alit Kabuyutan Lebakwangi Desa Batukarut, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung dicuci.
Ritual pencucian benda pusaka seperti keris, gobang, skin, badik, kujang, tombak, dan lain sebagainya tu dinamakan Ngarumat Benda Pusaka atau Ngebakeun.
Ngarumat Benda Pusaka sudah menjadi tradisi masyarakat setempat atau seuweu siwi Lebakwangi Batukarut yang sudah lana dilakukan turun temurun sekaligus sebagai peringatan Maulid Nabi Muhammad.
Menurut Itang Wismana, salah satu ais pangampih Sasaka Waruga Pusaka, lembaga yang memelihara situs Bumi Alit Kabuyutan, Ngarumat Benda Pusaka pada hakekatnya mencuci diri.
“Keris, kujang, gobamg dan benda pusaka lainnya dibuat manusia, bahannya dari.besi yang hakikatnua ciptaan Tuhan, harus dibersihkan. Sama seperti manusia ciptaan Tuhan harus bersih,” ujarnya.
Selain benda pusaka berupa perkakas senjata yang dirumat di setiap tanggal 12 Mulud, gamelan Goong Renteng Embah Bandong yang diyakini sebagai gamelan yang sudah ada sejak abad 16 dan memiliki laras tersendiri juga dirumat. Namun pencucian Goong Renteng Embah Bandong ini terpisah di luar Bumi Alit Kabuyutan. Sedangkan benda pusaka senjata dirumat di dalam Bumi Alit Kabuyutan.
“Goong Renteng Embah Bandong disimpan terpisah di juru simpan yang tidak jauh dari lingkungan Bumi Alit Kabuyutan. Sedangkan beberapa pusaka disimpan di dalam Bumi Alit Kabuyutan,” kata Itang di sela-sela acara peringatan Maulid Nabi Muhammad di situs Bumi Alit Kabuyutan, Kamis (29/10/2020).
Pelaksanaan Ngarumat Benda Pusaka dipimpin oleh Pini sepuh Dengan memperhatikan prinsip-prinsip adat istiadat nenek moyang terdahulu yaitu antara lain dilaksanakan dengan penuh rasa khidmat, hormat, dan ikhlas.
Para pelaksana “Ngebakeun” dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama wajib memakai pakaian serba.putih, bertugas “ngebakeun” barang pusaka yang berupa peralatan perang jaman dulu yang tersimpan di kamar Bumi Alit Kabuyutan. Jumlahnya 12 orang dipimpin langsung oleh Juru Kunci. Pelaksanaan “ngebakeun” nya di dalam Bumi Alit Kabuyutan.
Sedangkan kelompok kedua bertugas “Ngebakeun” barang pusaka Goong Renteng yang tersimpan di rumah salah seorang sesepuh. Pelaksanaan “ngebakeun” di luar Bumi Alit Kabuyutan, di halaman luar disamping Bale Panglawungan. Jumlahnya lebih dari 12 orang, pakaiannya hitam-hitam.
Kelompok pertama mulai mgebakeun dimulai dari pkl. 07.00 pagi s/d selesai. Setelah dilaksanakan ritual pembuka oleh Juru Kunci, kemudian beberapa orang petugas mulai masuk ke kamar tempat penyimpanan barang pusaka lalu menurunkannya satu-persatu.
Petugas lainnya menerima barang pusaka tersebut dan mengumpulkannya di ruangan tengah dihadapan Juru Kunci dan para hadirin yang menyaksikan prosesi ini di dalam rungan Bumi Alit.
Barang Pusaka mulai dibuka satu persatu dari bungkusnya oleh Juru Kunci. Perlu diketahui setiap jenis barang pusaka masing-masing dibungkus dengan 5 lapis kain putih, dan seluruh barang pusaka tersebut disatukan dan dibungkus lagi dengan 7 lapis kain putih.
Oleh Juru Kunci Barang Pusaka tersebut kemudian diberikan kepada petugas ‘Ngebakeun” untuk dicuci dengan menggunakan air tebu dan air jeruk nipis.
Setelah selesai dicuci barang pusaka dibungkus kembali oleh Juru Kunci. Setelah selesai dibungkus kemudian dikembalikan lagi ke tempat semula. Sebagai penutup dari prosesi ini diadakan doa bersama.
Prosesi Ngebakeun Goong Renteng
Air bekas ngebakeun perkakas perang jaman dulu, kemudian dipakai untuk ngebakeun Gamelan Goong Renteng, di luar area Bumi Alit. Barang yang pertama di kebakeun (dicuci) yaitu Goong Besar kemudian goong kecil, kemudian Bonang yang jumlahnya 17 buah, kemudian saron 17 buah, beri 2 buah dan kecrek 2 buah.
Setelah seluruh perangkat gamelan tadi selesai dicuci kemudian dilap, dan dipasang di tempatnya masing-masing untuk dipersiapkan ditabuh. Jadi Goong Renteng yang asli ini ditabuh setaun sekali. Sedangkan yang dimainlan dalam latihan atau festival itu duplikatnya.
Di’acara serimonial seperti inilah Goong Renteng yang asli ditabuh. Seperti pada acara Peringatan Maulid Nabi, tahun ini bertepatan dengan 29 Oktiber 2020 yang dihadiri oleh Bupati Bandung Dadang Naser.***Sopandi