Dejurnal.com, Ciamis,- Ada yang unik di panggung Riak Ramadan di Alun-Alun Kabupaten Ciamis. Pertunjukan yang digelar tiap sore hari tersebut menampilkan pagelaran kolaborasi budaya lintas iman yang penuh makna, bertajuk Yaumiddini Sabtu sore (29/03/2025).
Berbagai kelompok budaya dik Kampung Kerukunan terlibat dalam acara tersebut di antaranya Gamelan Ki Pamanah Rasa (komunitas pemuda Muslim), Angklung Silih Asih dari Gereja Katolik Santo Yohanes (umat Katolik Tionghoa), Sakola Motekar (anak-anak Muslim), serta para seniman terkemuka seperti Noer JM, Didon Nurdani, Jessica Purboyo, Andi Slide, dan Dalang Rian Nugraha.
Yaumiddini menyampaikan pesan cinta sekaligus kritik terhadap kondisi bangsa dengan berbakut musik, puisi, satire sosial, dan wayang.
Puisi-puisi yang ditampilkan merupakan karya Emha Ainun Nadjib yang menjadi benang merah penghubung setiap segmen dalam pertunjukan.
Baca juga :
Ramadhan Fest Pramudya 1446 H Angkat Potensi SDM dan Ekonomi Desa
Muhibah Ramadan, Bupati Sukabumi : Pemerintah Harus Dekat Dengan Masyarakat
Penulis naskah Yaumiddini, Mang Ebel menyampaikan pagelaran membawakan cerita kepemimpinan Indonesia dari masa ke masa dengan gaya teatrikal yang jenaka, namun sarat makna.
“Meski perjalanan bangsa ini penuh luka dan ketidaksempurnaan, kecintaan kami tak pernah padam. Kami menyampaikannya melalui seni,” ujar Mang Ebel.
Dikatakan Mang Ebel, pagelaran Yaumiddini bukan hanya sekedar hiburan, tetapi menjadi ruang perjumpaan lintas agama dan budaya.
“Pagelaran ini tanpa menggunakan jargon toleransi, tetapi terbukti para seniman dengan ragam keseniannya dapat menyatukan perbedaan dengan cara yang sederhana namun penuh makna,” ujarnya.
Mang Ebel mengungkapkan adanya segmen teaterikal yang mampu mencuri perhatian penonton, para seniman menyampaikan orasi melalui sentuhan berbagai menu takjil diantaranya “Kolak Koruptor” dan “Es Campur Pemuda Negeri”,
“Penampilan ini untuk menyindir berbagai fenomena sosial dan politik yang terjadi di sekitar kita,” tuturnya.
Mang Ebel menegaskan pertunjukan Yaumiddini memberi pesan bahwa seni bisa menjadi bahasa yang menyatukan.
“Acara ini menjadi contoh nyata bahwa keragaman bukanlah penghalang untuk bersatu, dan bahwa harapan untuk Indonesia yang damai masih terus hidup,” harapnya.
Menjelang berbuka puasa, pertunjukan ditutup dengan puisi Yaumiddini yang dipenuhi doa dan harapan, diiringi dengan lagu “Al I’tiraf” dalam format kolaboratif. Semua pemain naik ke panggung bersama-sama, menutup acara dengan semangat persaudaraan yang hangat.
Discussion about this post