Dejurnal.com, Garut – Malam yang seharusnya menjadi waktu istirahat berubah menjadi duka mendalam bagi Emak Acih, seorang lansia yang tinggal di Kampung Galumpit RT 01 RW 01, Kelurahan Margawati, Kecamatan Garut Kota. Pada Minggu malam, 27 Juli 2025, tepat pukul 23.30 WIB, api melalap rumah sederhananya dalam sekejap. Dalam musibah itu, Emak Acih tidak sendiri ia tinggal bersama anaknya, Ujang Zamzam, yang menyandang disabilitas mental.
Asap hitam dan kobaran api menjadi saksi bisu kehilangan besar yang harus mereka tanggung. Rumah yang selama ini menjadi tempat berlindung dan menjalani hari-hari penuh keterbatasan itu kini tinggal puing. Tidak hanya harta benda yang musnah, tetapi juga kenyamanan, keamanan, dan ketenangan hidup mereka.
Pagi harinya, Senin 28 Juli 2025, bantuan kemanusiaan pun datang menyapa. Lurah Margawati, Bapak Yadi Sugiarto, bersama anggota DPRD Kabupaten Garut dari Fraksi PDI Perjuangan, Yudha Puja Turnawan, mendatangi lokasi dan menemui langsung Emak Acih. Dalam kunjungan tersebut, mereka menyerahkan bantuan awal berupa bingkisan sembako dan santunan uang tunai sebagai bentuk kepedulian dan solidaritas.
“Ini bentuk simpati dan empati kami. Kami ingin hadir secara nyata dalam duka warga kami. Emak Acih sudah cukup renta, dan beliau hidup bersama anak yang memiliki kebutuhan khusus. Kehidupannya tidak mudah, dan sekarang malah kehilangan tempat tinggal,” ujar Yudha Puja Turnawan saat di lokasi.
Untuk sementara waktu, Emak Acih menumpang tinggal di rumah adiknya, Pak Makan Suparman, yang masih berada di kampung yang sama. Namun, solusi sementara ini tidak bisa menjawab kebutuhan jangka panjang. Harapan besar pun dititipkan kepada Pemerintah Kabupaten Garut.
Yudha menyampaikan bahwa pihaknya mendorong agar Pemkab Garut segera turun tangan dengan menyalurkan bantuan bahan bangunan. Ia juga mengusulkan agar upaya pembangunan rumah dilakukan secara gotong royong oleh warga sekitar, sehingga selain mempercepat proses, juga menumbuhkan semangat solidaritas antarwarga.
Tak hanya itu, Yudha juga mendorong optimalisasi sinergi lintas sektor. Menurutnya, kolaborasi dari berbagai sumber pendanaan seperti CSR perusahaan, BAZNAS, dan iuran dari anggota KORPRI bisa menjadi solusi konkret untuk percepatan pembangunan kembali rumah Emak Acih. Ia juga berkomitmen akan menjalin koordinasi dengan Kementerian Sosial RI agar segera dilakukan asesmen kebutuhan lanjutan bagi Emak Acih dan anaknya.
“Kalau bisa, ada program bantuan rumah tidak layak huni atau bantuan sosial lainnya dari Kemensos. Saya akan kawal ini. Semoga Emak Acih mendapat perhatian lebih dari negara,” tambah Yudha.
Kisah Emak Acih bukan sekadar cerita tentang kebakaran dan kehilangan fisik, melainkan juga potret kerentanan sosial yang nyata. Di usia senja, harus mengasuh anak dengan disabilitas dalam kondisi ekonomi terbatas, lalu mengalami musibah besar tanpa punya daya untuk bangkit sendiri. Ini menjadi pengingat bahwa negara dan masyarakat harus hadir lebih nyata bagi mereka yang paling rentan.
Semoga langkah-langkah awal ini menjadi pembuka jalan bagi kebaikan-kebaikan selanjutnya. Dan semoga, dari abu rumah yang hangus, bisa tumbuh kembali harapan dan keberkahan baru bagi Emak Acih dan Ujang Zamzam.**Willy