Dejurnal.com, Garut — Proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Tahun 2024 di Desa Sukamulya, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten Garut, sejatinya bertitik lokasi di Kampung Cihideung RT 01/RW 01 yang notabene warganya memerlukan akses air minum, namun entah bagaimana ceritanya beralih dibangun di Kampung Nendeut RT 05/RW 01.
Ironisnya lagi, SPAM yang seharusnya menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan air minum, malah dikeluhkan menyimpang dari tujuan awal. Pasalnya, SPAM tersebut diduga dimanfaatkan untuk kepentingan mengairi sawah ketimbang jadi suplai air minum bagi warga.
“Awalnya kami diberi informasi bahwa air bersih ini akan disalurkan untuk kebutuhan rumah tangga warga Cihideung. Tapi kenyataannya, pipa dan sumber airnya justru sebagian dialihkan ke daerah yang bukan sasaran program. Sekarang kami malah tetap kesulitan air bersih,” ujar tokoh warga setempat.
Informasi yang dihimpun dari beberapa warga menyebutkan bahwa SPAM tersebut dikuasai dan diatur oleh seseorang dan diminta sumbangan seikhlasnya namun tetap saja akses air bersih dibatasi. Beberapa warga mengaku mengalami tekanan dan intimidasi ketika mencoba mempertanyakan atau menolak kebijakan sepihak tersebut.
Air yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat justru dialirkan untuk mengairi lahan pertanian milik pribadi yang luasnya mencapai beberapa hektare.
“Kalau ada warga yang protes, langsung diancam tidak akan dapat jatah air. Padahal air itu hasil dari proyek pemerintah, bukan milik pribadi,” keluh salah satu warga.
SPAM yang dibangun dari APBD Tahun 2024 ini, menurut warga, sejak awal pelaksanaan pembangunan terkesan tidak transparan. Mulai dari proses perencanaan, sosialisasi, hingga pelaksanaan fisik, banyak warga yang tidak dilibatkan atau tidak diberi informasi jelas. Hal ini menimbulkan dugaan kuat bahwa ada praktik penyelewengan dan manipulasi data lokasi penerima manfaat.
Baca juga : 13 Miliar Program SPAM DAK Tahun 2024, Berapa Alokasi Untuk PDAM Tirta Intan Garut?
“Kami hanya tahu proyek sudah jalan. Tidak ada musyawarah desa yang melibatkan warga, tiba-tiba sudah dipasang pipa tapi ke arah sawah, bukan ke permukiman,” ujar salah satu tokoh masyarakat.
Menyikapi berbagai kejanggalan ini, warga yang memerlukan akses air bersih menuntut agar SPAM diperuntukan sebagaimana mestinya.
“Kami ingin keadilan. Ini uang rakyat, jadi harus digunakan untuk kepentingan rakyat, bukan segelintir orang,” tegas salah satu perwakilan warga Kampung Cihideung.***Wil/Red