Ciamis, deJurnal — Kabupaten Ciamis kembali menjadi sorotan nasional setelah terpilih sebagai daerah percontohan dalam pengelolaan sampah berbasis gotong royong masyarakat.
Keberhasilan tersebut menarik perhatian Pusat Pengendalian (Pusdal) Lingkungan Hidup Regional Kalimantan, yang datang melakukan kunjungan kerja dan studi lapangan di Ciamis.
Rombongan Pusdal yang terdiri dari perwakilan empat provinsi dan 15 kabupaten/kota di Kalimantan diterima langsung oleh Bupati Ciamis, Dr. H. Herdiat Sunarya, bersama jajaran pemerintah daerah di Aula PKK Kabupaten Ciamis, Rabu (12/11/2025).
Dalam sambutannya, Bupati Herdiat Sunarya menyampaikan rasa terima kasih dan kebanggaan atas kehadiran rombongan Pusdal Kalimantan. Ia menilai kunjungan tersebut sebagai bentuk apresiasi sekaligus pengakuan terhadap keberhasilan Ciamis dalam menjaga lingkungan.
“Ciamis tidak punya apa-apa, tapi kami punya keinginan kuat dari masyarakat. Walau dalam keterbatasan, dengan motivasi dan tekad yang sama, kami ingin maju bersama,” ucapnya
Herdiat menjelaskan, keberhasilan pengelolaan sampah di Ciamis bukan hasil kerja individu, melainkan buah dari sinergi pemerintah, masyarakat, dan komunitas lingkungan.
Ia menyebut sejumlah capaian, di antaranya 10 kali penghargaan Adipura, Adipura Kencana, serta Anugerah Kabupaten Terbaik dalam Pengelolaan Jalan Nasional.
Ciamis juga baru-baru ini menerima penghargaan Kota Kecil Terbersih se-Asia Tenggara, yang semakin mengukuhkan reputasinya sebagai daerah ramah lingkungan.
“Penghargaan ini bukan karena hebatnya bupati, tapi karena gotong royong masyarakat yang luar biasa. Kalau ingin melihat teknologi tinggi, mungkin bukan di Ciamis tempatnya. Tapi kalau ingin melihat semangat warga menjaga lingkungan, maka Bapak Ibu tidak salah datang ke sini,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Pusdal Lingkungan Hidup Regional Kalimantan, Fitri Harwati, mengatakan bahwa kunjungan tersebut merupakan bagian dari program pendampingan dan peningkatan kapasitas aparatur daerah dalam pengelolaan lingkungan dan sampah.
“Kami datang ke Ciamis untuk belajar langsung sistem dan inovasi pengelolaan sampah. Kami melihat bahwa keterbatasan anggaran tidak menjadi penghalang bagi Ciamis untuk terus berinovasi,” ungkap Fitri.
Ia menilai, pola pengelolaan berbasis masyarakat yang diterapkan di Ciamis layak dijadikan contoh praktik baik (best practice) bagi daerah lain di Indonesia, khususnya di wilayah Kalimantan.
“Kami berharap pengalaman ini menjadi inspirasi dalam membangun sistem pengelolaan sampah yang efektif, berkelanjutan, dan melibatkan masyarakat,” ujarnya.
Menurut Fitri dengan filosofi gotong royong dan kepemimpinan yang konsisten, Kabupaten Ciamis dijadikan contoh karena telah menjelma sebagai laboratorium hidup pengelolaan lingkungan.
“Kami kagum beragam inovasi lahir dari semangat warga yang peduli kebersihan, menjadikan Ciamis bukan hanya daerah bersih, tapi juga rujukan nasional dalam tata kelola sampah berkelanjutan,” ucapnya.
Dengan keberhasilan tersebut menegaskan bahwa komitmen bersama lebih berharga daripada kemewahan teknologi, sekaligus mengukuhkan posisi Ciamis sebagai inspirasi bagi Indonesia menuju masa depan hijau dan lestari. (Nay Sunarti)












