Ciamis, deJurnal,- Prestasi membanggakan kembali ditorehkan sastrawan Sunda asal Kabupaten Ciamis, Godi Suwarna, yang berhasil meraih Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI) 2025 kategori Sastra.
Penghargaan bergengsi tingkat nasional tersebut menjadi simbol pengakuan negara atas konsistensi dan dedikasi panjang Godi Suwarna dalam mengembangkan sastra Sunda modern.
Anugerah Kebudayaan Indonesia 2025 diselenggarakan oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia dan diserahkan langsung oleh Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, pada malam puncak AKI 2025 yang digelar di Ciputra Artpreneur, Jakarta, Selasa (17/12/2025).
AKI merupakan bentuk penghargaan tertinggi negara kepada pelaku budaya yang dinilai memiliki kontribusi nyata dan berkelanjutan dalam pemajuan kebudayaan bangsa.
Mengusung tema “Renjana Penggerak Budaya”, yang menegaskan pentingnya dedikasi, kecintaan, serta kerja panjang para penggerak budaya dalam menjaga keberlanjutan nilai-nilai kebudayaan.
Tahun ini, pemerintah memberikan 31 penghargaan kepada pelaku budaya dari tujuh kategori, yakni Maestro Seni Tradisi, Pelestari, Pelopor dan/atau Pembaru, Anak, Media, Masyarakat Adat, dan Sastra.
Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Disbudpora) Kabupaten Ciamis, Dr. Drs. Dian Budiyana, M.Si., menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya atas capaian Godi Suwarna. Menurutnya, penghargaan tersebut bukan hanya menjadi kebanggaan pribadi, tetapi juga membawa nama baik Kabupaten Ciamis dan dunia sastra Sunda secara luas.
“Ini merupakan suatu kebanggaan, tidak hanya bagi Kabupaten Ciamis, tetapi juga bagi dunia sastra Sunda. Pemerintah melalui Anugerah Kebudayaan Indonesia telah memberikan apresiasi kepada seniman yang fokus dan konsisten berkarya sesuai bidangnya,” ujar Dian Sabtu (20/12/2025)
Dian menilai, kiprah Godi Suwarna menjadi bukti bahwa sastra Sunda memiliki daya hidup dan mampu menembus panggung nasional, bahkan internasional, melalui profesionalisme, konsistensi, dan dedikasi jangka panjang.
“Apa pun yang dikerjakan, selama dilakukan secara profesional dan penuh komitmen, pasti akan memberikan manfaat, bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi bangsa dan negara,” tambahnya.
Lebih lanjut Dian menjelaskan bahwa AKI kategori Sastra bukanlah penghargaan yang mudah diraih. Proses seleksi dilakukan secara ketat dan komprehensif, meliputi aspek administrasi, kualitas dan kesinambungan karya, pengalaman berkesenian, serta kontribusi nyata terhadap pemajuan kebudayaan.
“Prosesnya diawali dari surat pemberitahuan Kementerian Kebudayaan kepada seluruh dinas pengampu kebudayaan di Indonesia. Kami kemudian melakukan sosialisasi dan menyiapkan seluruh dokumen, baik karya, administrasi, maupun rekam jejak pengalaman. Alhamdulillah, melalui seleksi yang sangat ketat, Godi Suwarna dinilai layak dan terpilih di tingkat nasional,” jelas Dian.
Pada puncak AKI 2025, terdapat tiga tokoh sastra nasional yang menerima penghargaan kategori Sastra, yakni Godi Suwarna (sastrawan Sunda asal Ciamis), Sutardji Calzoum Bachri (penyair nasional), dan D. Zawawi Imron (penyair dan budayawan Madura).
Dian berharap, capaian Godi Suwarna dapat menjadi inspirasi dan energi baru bagi pengembangan sastra di daerah, khususnya dalam proses regenerasi sastrawan muda.
“Kami berharap akan lahir ‘Godi Suwarna Junior’ dari Ciamis, generasi sastrawan muda yang mampu melanjutkan dan meluruskan kiprah beliau, baik di tingkat Jawa Barat, nasional, hingga internasional,” pungkasnya. (Nay Sunarti)











