BerandadeBisnisImbas Pandemi, Omset Peternak Ayam Petelur Turun Tajam

Imbas Pandemi, Omset Peternak Ayam Petelur Turun Tajam

Dejurnal.com, Garut – Adanya pandemi virus corona benar-benar mempengaruhi kehidupan banyak orang. Semua sisi kehidupan penduduk dunia berubah secara signifikan.

Momen paling menyedihkan saat pandemi ini, ketika kita mendengar cerita-cerita sedih dari orang terdekat seperti sahabat, keluarga, atau teman yang kehilangan orang tercinta karena virus corona.

Selama kurun waktu lebih dari satu tahun adanya pandemi virus corona pastinya menjadi momen menyedihkan bagi seluruh penduduk dunia, tak terkecuali Indonesia.

Seperti telah disebutkan di atas, pandemi memukul berbagai sendi kehidupan. Pandemi virus corona penyebab COVID-19 membuat banyak bisnis bergejolak. Mulai industri hingga pariwisata dan masih banyak lainnya.

Sektor perekonomian turut terimbas pandemi COVID-19 yang telah terjadi selama satu tahun lebih di Indonesia. Tidak hanya pada sektor ekonomi makro, tetapi juga berdampak pada sektor ekonomi mikro.

Banyak peternak dan petani mengalami kesulitan menjual produk mereka akibat pandemi COVID-19.

Satu di antaranya ialah seorang peternak ayam petelur bernama Lusi warga Desa Sukasenang, Kecamatan Bayuresmi, Kabupaten Garut adanya pandemi COVID-19.

“Saya sudah cukup lama menggeluti usaha ini. Namun, saat pendemi ini imbasnya cukup besar,” kata Lusi Minggu (4/7/2021).

“Saat awal pandemi, permintaan telur sempat merosot. Pasar banyak yang tutup, warung-warung juga tidak buka karena masyarakat ke mana-mana sudah tidak boleh.

“Tapi, ya mau bagaimana lagi, demi keluarga dan anak sebisa mungkin tetap bertahan agar tetap cuan,”keluhnya.

Menurutnya tak bisa dimungkiri, pandemi virus corona menjadi masalah bagi banyak orang, seperti saya ini.

“Saat kondisi normal ada yang datang langsung beli telur. Tapi, adanya pandemi dan pembatasan sosial, saya biasanya antar langsung,” ujarnya.

Namun, cerita Lusi bertahan selama pandemi tak hanya sampai di situ. Selama pandemi COVID-19, harga telur ayam diketahui naik turun. Dalam hal ini pemerintah harus memperhatikannya.

Ia menuturkan naik turunnya harga telur tersebut tidak diimbangi dengan harga pakan. Saat harga telur turun, harga pakan justru tetap stabil dan cenderung naik.

“Selama pandemi ini, tak hanya permintaan yang sempat turun. Tapi, harga telur dan pakan yang tak sesuai. Kalau pakan naik, setidaknya harga telur tidak turun, apalagi sekarang di terapkennya PPKM pedagang yang memakai bahan telur merosot otomatis bagi peternak telur juga merosot pesanan konsumen,” ungkapnya.

Lusi menjelaskan sebelum pandemi COVID-19, harga telur ayam bisa mencapai Rp24 ribu hingga Rp25 ribu per kilogramn. Tapi, pas pandemi, harganya pernah turun hingga Rp19 ribu per kilogramnya.

Iapun berharap virus corona bisa segera hilang atau situasi kembali normal dan harga telur bisa sebanding dengan harga pakan.

“Mungkin tidak hanya saya, semua orang tentu ingin pandemi ini cepat berahir, dan semoga harga telur tidak terlalu jomplang dengan harga pakan,” pungkasnya. ***Udg

Anda bisa mengakses berita di Google News

Baca Juga

JANGAN LEWATKAN

TERKINI