Dejurnal.com, Jakarta – Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU menggelar Harlah ke 63 yang diselenggarakan di Gedung Pusat Perfileman Usmar Ismail, Jakarta Pusat, Kamis (22/6/2023).
Harlah Lesbumi PBNU dengan tema “Mencari Pancer Kebudayaan di Tengah Percaturan Ideologi” diisi dengan Kebaktian Sosial berupa pengobatan tradisional dari Lesbumi PCNU Kabupaten Bekasi.
Penampilan Karinding dari Lesbumi PCNU Kabupaten Garut bekerja sama dengan Dewan Kebudayaan Kabupaten Garut membuat Harlah Lesbumi PBNU semakin semarak.
Baca juga : Peringati Nuzulul Qur’an dan Harlah, Lesbumi PCNU Kabupaten Bandung Gelar Festival Ramadhan
Pada puncak acara Dialog Kebudayaan, Lesbumi PBNU mengundang Dirjen Kebudayaan Hilman Farid, Budayawan Taufik Rahzen, Artis Christine Hakim dan seniman Inaya Wahid dengan moderator Ngatawi Al-Zastrouw.
Ketua Lesbumi PBNU KH Jadul Maula mengatakan bahwa tema tersebut memiliki makna tentang perlunya menemukan arah yang jelas dari pemikiran dan tindakan dengan bersumber dari jati diri kepribadian.
Jadi makna tema ini adalah perlunya kita menemukan arah yang jelas dari pemikiran dan tindakan kita dengan bersumber dari jati diri kepribadian kita. Itulah tindakan yang budaya,” ujarnya, Kamis (22/6/2023).
Baca juga :Â Dinilai Kontroversi dan Menyimpang, PWNU Jabar :Â Masukan Anak Mondok di Ponpes Al Zaytun, Haram
Pancer lanjut Jadul, dalam bahasa Jawa, Sunda dan Bali memiliki makna yang mirip, yaitu akar tunggang bagi pohon, sumber mata air, atau titik pusat bagi penentuan arah mata angin.
“Pancer adalah ruhnya, pangkal jati dirinya. Sementara ideologi dalam bahasa Arab disebut mabda’, bermakna kesatuan pemikiran yang bersumber pada konsepsi yang mendasar atas manusia dan kehidupannya dengan metode yang ketat dan cara merealisasikannya sekaligus,” terangnya.
Ia menyebut bahwa kehidupan saat ini, mulai dari level pribadi hingga masyarakat luas, termasuk lingkungan alam, ada banyak sekali gejala yang menunjukkan terjadinya ketidakjelasan arah dan benturan-benturan. Sehingga mengakibatkan goncangan, ketidakseimbangan, dan rusaknya tatanan.
Baca juga :Â Yu Mengenal Lebih Dekat Apa itu LPBHNU, Ini Penjelasan Detailnya
“Contohnya kerusakan alam, korupsi, kesenjangan sosial, kriminalitas, bunuh diri, konflik-konflik dan sebagainya. Oleh karena itu, melalui tema ini kami bermaksud mengajak kita semua untuk merefleksikan gejala-gejala ini, membangun dialog dan mencari solusi bersama dengan bertitik tolak dari kesatuan dan kesamaan jatidiri kemanusiaan kita, kebudayaan kita bersama,” imbuhnya.
Jadul menyampaikan, penentuan tanggal 22 Juni sebagai Hatlah Lesbumi, memiliki makna penting dalam perjalanan bangsa Indonesia yaitu berbarengan dengan tanggal disahkannya Piagam Jakarta sebagai rancangan pembuka Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
“Jadi ini ada momen historisnya, bagian dari upaya kita menghormati, menghargai, mensyukuri dan meneladani pemikiran-tindakan luhur dari para pahlawan bangsa,” terangnya.
Ia berharap dengan peringatan harlah tersebut dapat memacu semangat khususnya pengurus Lesbumi dalam menjalin kerjasama dan menata program ke depan dengan signifikansi kebangsaan yang jelas serta membawa manfaat bagi masyarakat.
“Mudah-mudahan melalui peringatan harlah ini dapat memacu semangat teman-teman pengurus Lesbumi di manapun, menjalin kerjasama dan menata langkah/program ke depan dengan signifikansi kebangsaan yang jelas, membawa manfaat bagi masyarakat. Juga membawa perhatian dan dukungan dari berbagai kalangan, menjalin sinergi dan menyatukan energi bersama,” pungkasnya.***Raesha