Dejurnal.com, Garut – Kasus Covid 19 di Garut terus bertambah, kendati sudah dilakukan tracing testing dan treatmen penanggulangan outbreak pasca mudik lebaran dan Pilkades ternyata angka konfirmasi positif covid-19 tidak kunjung turun, bahkan tembus seribu kasus lebih pertiga harinya.
Karena banyaknya terpapar covid -19 yang meninggal terus bertambah hingga 33 orang pada Kamis (1/7/2021) lalu.
Saat meninjau lokasi isolasi mandiri di masyarakat Wakil Ketua Komisi IV DPRD Garut Karnoto,SKep.MSi menyebutnya sebagai penyebab mengapa penularan covid terus terjadi. Contoh kasus di Panyindangan Cisompet, hasil tracing testing awal ditemukan 22 kasus positif covid-19,
“Setelah diisolasi secara mandiri ternyata beberapa minggu berikutnya bertambah menjadi 97 orang positif Covid. Begitu pula beberapa titik isolasi mandiri di Cilawu, dan kecamatan Cibalong kasus Covid terus bertambah hingga Puskesmas Cilawu harus membuka layanan rawat inap sampai pasang tenda di halaman gedung karena pasien yang datang melebihi kapasitas,” ungkapnya
Menurutnya kasus yang terdeteksi dan dilakukan treatmen, bagaimana dengan kasus covid yang tidak terdeteksi sementara kepatuhan masyarakatnya pada prokes sangat rendah.
“Banyak laporan warga dari beberapa pelosok kampung menyampaikan adanya 1, 2 hingga 3 orang dalam satu keluarga yang tiba -tiba sakit parah kemudian meninggal dengan gejala khas covid -19 tanpa terlebih dahulu dirapid test. Kondisi seperti ini ditakutkan menjadi biang kerok terus terjadinya penularan,” paparnya.
Karnoto menjelaskan penyebab kenapa penularan covid 19 terus terjadi. Ada skitar 5000-an orang yang terkonfirmasi positif covid-19 melakukan isolasi mandiri di masyarakat tapi tidak sesuai standar SOP. Jika mengacu pada teori gunung es, bisa jadi fakta sebenarnya adalah sepuluh kali lipat. Berarti ada 50.000 orang sebenarnya yang sudah terpapar covid 19 di Garut. Ini bahaya jika dibiarkan.
“Rilis terakhir dari satgas covid-19 Garut pada Jumat (2/7/2021) bahwa 18.980 warga telah terkonfirmasi positif, 822 orang meninggal, 13.170 sembuh, 567 orang dalam perawatan dan isolasi di rumah sakit/perawatan, dan 4.421 orang sisanya karena tidak tertampung melakukan isolasi secara mandiri di masyarakat,” katanya.
Namun lanjut Karnoto, hasil sidak Komisi 4 DPRD Garut ke lapangan menilai proses isolasi mandiri warga tidak memenuhi standar SOP. Diantaranya fasilitas rumah isolasi yang kecil dan bercampur sehingga memungkinkan kontak erat dengan anggota keluarga lain.
“Sedangkan protokol kesehatan tidak dijalankan secara ketat, terbatasnya kunjungan pelayanan kesehatan dari Puskesmas setempat karena faktor jarak dan keterbatasan tenaga kesehatan. Serta persoalan sosial ekonomi masyarakat yang memperumit proses pengetatan dan penyekatan mobilitas warga di perkampungan,” ujarnya.
Covid -19 sudah sedemikian jauh merebak di tengah -tengah masyarakat hingga pelosok daerah.
Lebih jauh Karnoto mengatakan tidak mungkin hanya mengandalkan peran pemerintah kabupaten. Sudah semestinya perangkat pemerintahan di tingkat kecamatan, desa, RW-RT berperan aktif dalam penanggulangan covid secara mandiri dengan menyelenggarakan isolasi mandiri yang sesuai standar SOP.
Ia berharap bagi warga terkonfirmasi, mensosialisasikan dan menjalankan Prokes 6M kepada setiap warga, serta menanggulangi berbagai dampak sosial ekonomi pada warga dengan bergotong royong.***Udg