Dejurnal.com, Bandung – Kasus Covid-19 di Kabupaten Bandung mulai mengalami penuranan status dari zona merah ke zona kuning. Namun, kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) belum dilakukan. Sejumlah sekolah baru mampersiapkan insfrastuktur penunjang, menunggu kebijakan pemerintah daerah (Pemda).
Seperti halnya persiapan yang dilakukan SMP N 1 Ciwidey, Kabupaten Bandung. Kepala SMPN 1 Ciwidey Hj. Yeyet Friyenti SPd., M.M. mengatakan, sebelum peluit ditiup pemda tanda dimulai kegiatan belajar tatap muka, pihaknya mengadakan sosialisasi dulu kepada orang tua siswa.
“Kami mengadakan sosialisasi dulu kepada orang tua siswa. Kalau kepada guru sudah jelas. Juga penandatanganan surat melaluii surat pernyataan orang tua,” kata Yeyet di kantornya, Rabu (1/9/2021).
Skanario yang akan dijalankan nanti, siswa dibagi melaluii absensi yang ada di kelas masing-masing. “Misalnya kelas 7 ada 32 siswa, kapasitas 25 persen. 32 dibagi 4 = 8 siswa yang bisa mengikuti pada minggu pertama. Selanjutnya 8 siswa pada minggu berikutnya sehingga pertemuan belajar hanya dilakukan 2 kali dalam seminggu oleh 1 kelompok. Begitu pun pada kelas paralel 8 dan kelas 9, ” terang Yeyet.
Jumlah siswa SMPN 1 Ciwidey sebanyak 1.120. Kelas tujuh 352 siswa, kelas delapan 354, dan kelas sembilan 412 siswa. Jumlah siswa tersebut memenuhi standar dengan ruang belajar sebanyak 31, dengan jumlah guru PNS 38 termasuk kepala sekolah, dan TPT 16 orang.
Infrastuktur untuk kegiatan pembelajaran tatap muka muka pun, kata Yeyet sudah disiapkan sedemikian rupa. “Kami sudah menyiapkan alat pengukur suhu tubuh, hand sanitazer, tempat cuci tangan dan tempat duduk dengan jaga jarak. Bisa dibayangkan satu kelas biasanya diisi 35 siswa jadi untuk 8 siswa. Kami sudah menyiapkqn segalanya,” tandasnya.
Ia menambahkan, pihaknya sudah sangat siap. “Mana kala kran sudah dibuka, kami tinggal menunggu kebijakan pemerintah,” katanya.
Yeyet menghimbau kepada orang tua dan siswa, meskipun sudah menjali PTM nanti, dan tidak di sekolah, tapi tetap harus menjalankan prokes.
Sementara orang tua Ida Farida mengaku senang jika pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka, karena siswa bisa belajar dengan fokus, dan tugas-tugas dari guru bisa cepat dipahami. Sedangkan belajar dengan online ribet, orang tua harus memberi bimbingan ekstra. “ Saya setuju PTM dibelakukan, semoga pihak sekolah secepatnya bisa memberlakukan belajar secara tatap muka,” katanya.
Sebenarnya belajar secara online, lanjut Ida bukan tidak baik, namun banyak waktu yang terbuang dan keseriusan belajar anak itu beda dengan KBM secara tatap muka, dimana anak bisa berinteraksi dengan guru langsung dan mendapat pelajaran yang serius.
“Anak saya Futri kelas 3 di SMPN 1 Ciwidey . Saya berharap Futri bisa belajar lebih semangat fokokus , dan bisa melanjutkan ke SMA nantinya,” kata Ida. *** Sopandi