Oleh : AbahZaenal
Dulu, kalau kita mau shalat di Mesjid ini, kita tinggal masuk, wudlu dan shalat, bahkan kita bebas berphoto-photo di mesjid ini, tapi sekarang, mesjid ini dipagar dan untuk masuk ke mesjid ini harus bayar sepuluh ribu rupiah, padahal kami sudah membeli tiket masuk Situ Bagendit yang harganya sepuluh ribu per tiket.
Sepertinya inilah satu-satunya mesjid yang jika kita mau masuk ke mesjid itu harus bayar tiket resmi sepuluh ribu rupiah. Penulis tidak mengerti sama sekali, kenapa pemerintah membangun mesjid ini jauh dari jangkauan wisatawan.
Untuk mengakses mesjid ini secara gratis kita harus masuk ke lokasi wisata dengan membayar tiket sepuluh rupiah, kemudian berjalan kaki mengelilingi situ Bagendit, atau naik rakit dengan bayaran tambahan hampir duakali lipat, apakah kesengajaan ini bertujuan untuk menyulitkan aksès wisatawan untuk beribadah, atau untuk keuntungan materi saja ?
Revitalisasi Situ Bagendit ini, menggunakan biaya APBN senilai 87 milyar lebih, sekali lagi, menggunakan dana APBN, artinya, ini menggunakan dana yang bersumber dari pajak yang dikumpulkan dari rakjat sepenuhnya.
Wahai, alangkah lugunya rakyat kita, fasilitas yang dibangun dengan uang kita, ketika selesai kita malah harus membayar pula tiket masuk ketika kita hendak menikmati apa yang kita sudah bayar.
Ampun betapa kejinya pengelola negeri ini, seharusnya, semua fasilitas yang dibangun, dipelihara dan dirawat dengan menggunakan APBN atau APDB sekalipun, tak lagi harus memeras uang rakyat dengan tiket masuk, apalagi ketika sudah bayar tiket, terkadang penjaga tiket pura-pura lupa memberikan potongan tiket pada kita, kecuali jika kita sedikit molotot.
Penulis hampir tak menemukan di kota manapun fasilitas wisata yang dibangun oleh APBN menarik tiket masuk dari rakyatnya, jika pun masih ada yang menarik tiket masuk, ini sudah sangat keterlaluan.
*) Penulis pelaku budaya, tinggal di Garut.