BerandadeHumanitiOpiniKitaBocah Kecil Itu Berhenti Menangis Karena Buku

Bocah Kecil Itu Berhenti Menangis Karena Buku

Oleh : Nina Daniati *)

Waldo Alif Maulana, seorang bocah berumur 5 tahun yang tinggal di Kp. Cibares Desa Citeras Kecamatan Malangbong, yang setiap hari selalu berkunjung ke Taman Bacaan Masyarakat (TBM) untuk meminjam buku. Bagi bocah Waldo, buku merupakan pendamping dan makanan sehari-hari, bagaimana tidak, tanpa meminjam buku di TBM, ia enggan untuk pulang.

Ibu dan Bapaknya Waldo menjadi memiliki kewajiban setiap hari untuk membacakan buku yang dipinjam dari TBM. Kendati Waldo hanya mendengarkan apa yang didengarnya dari ibu dan bapaknya yang membacakan karena Waldo sendiri belum bisa membaca. Namun Waldo sudah pandai untuk mengekspresiakan atau menceritakan buku yang telah ia baca dengar dari ibu dan bapaknya.

Sensitif adalah salah satu sifat manja Waldo, menangis apabila ada sesuatu yang menyinggungnya sehingga membuat menangis. Tak jarang tangisannya histeris susah untuk dihentikan. Hanya satu yang bisa membuat Waldo behenti menangis yakni “Dibacakan buku”. Buku apapun terkhusus fabel/cerita binatang yang menjadi salah satu buku pavoritnya.

Apalagi jika buku yang dibacakan memakai gaya yang menyenangkan dan suara serta mimik yang menarik, tak butuh waktu lama, tangisan Waldo akan berhenti.

Tidak hanya sekedar berhenti menangis, namun sesaat kemudian Waldo pun dengan tiba-tiba ikut bercerita dan berceloteh mengomentari tentang cerita buku yang dibacakan disertau lontaran pertanyaan yang terus memberondong. Dan tangisan itu benar-benar reda, bahkan nyaris seperti tak ada tangisan.

Penulis sebagai pengasuh di TBM Hegar Manah, selalu memperhatikan si mungil Waldo. Tak terasa enam bulan lebih Waldo telah menjadi anggota TBM Hegar Malah dan sudah 200 buku lebih ia pinjam untuk dibaca oleh ibunya yang selalu menemani dalam aktifitas sehari-hari.

Waldo, bocah mungil yang bisa jadi merupakan salah satu anak dari ribuan anak lain yang memiliki keunikan dalam menilai buku. Buku yang menjadi lalapan sehari-hari dan sahabat karibnya.

Penulis tentunya bukan seorang psikolog yang mampu menilai terhadap Waldo. Namun yang menjadi catatan adalah ketika anak kecil jaman sekarang lebih dininabobokan dengan smartphone dan sajian video di media sosial, Waldo merupakan anak yang dikecualikan. Entah bagaimana kelak masa depan Waldo ke denpan, penulis hanya bisa berdoa agar “dibacakan buku” dalam kehidupan sehari-hari menghantarkan Waldo ke gerbang kesuksesan.

*) Penulis merupakan Pengasuh TBM Hegar Manah.

Anda bisa mengakses berita di Google News

Baca Juga

JANGAN LEWATKAN

TERKINI