Dejurnal.com, Sukabumi- Beberapa warga masyarakat Kampung Talanca merasa kecewa atas nilai kerohiman yang mereka terima jauh dari harapan. Pasalnya, jumlah nilai relokasi yang mereka terima hanya sebesar Rp 3.000.000, harga yang harus mereka terima untuk dapat meninggalkan lahan yang selama ini bertahun-tahun mereka tempati.
“Sebelumnya saya tidak tahu akan di kasih uang kerohiman senilai Rp 3 juta itu, saya diajak oleh RT pergi ke rumah orang yang ada di wilayah Benteng, setelah sampai ke rumah tersebut kami yang waktu itu datang disuruh terima uang tersebut untuk dibawa sebagai ganti atau kerohiman,” ujar Ibu Imas, salah satu warga yang terkena dampak gusuran.
Menurut Ibu Imas, salah satu kalimat yang disampaikan oleh yang bersangkutan katanya ambil uang ini dan tanda tangani. “Diterima atau tidak tetap lahan ini harus dikosongkan karena akan di bangun sesuatu di situ,” kata Ibu Imas menirukan, Sabtu (21/6/2025).
Ibu Imas merupakan salah satu perwakilan belasan orang terdampak atas lahan di kampung Talanca Loji Dusun Sawah Garung Desa Loji Kecamatan Simpenan, dimana lahan yang ditempati warga di klaim sebagai tanah milik dan akan dibangun.
“Setelah saya tahu bahwa uang yang diperuntukan relokasi itu senilah lebih dari 3 juta, saya dengan yang lainnya merasa kecewa, info itu saya tau dari salah satu orang yang siap di hadirkan di dalam forum, jika memang saya di perlukan keterangannya, begitu dia menyampaikan kepada ibu dari situlah saya sedih dan merasa dibohongi. Jadi taunya itu satu minggu setelah dilakukan pemberian Rp 3 juta itu,” ujarnya.
Di tempat terpisah salah satu warga menjelaskan bahwa lahan yang disebutkan tanah milik itu, setahu dirinya merupakan Tanah Garapan (TG).
“Saya tahu riwayat lahan tersebut saya cukup tersenyum aja kalau tanah itu dinyatakan tanah pribadi, lahan itu kan lahan sempadan pantai pak, saya ini orang bodoh mungkin gak BPN mengeluarkan sertifikatnya. Jadi dengan hal ini saya mah cukup miris orang yang sudah lama menempati dan mengurus dari nol hingga lahan tersebut bisa enak di jadikan pemukiman itu kan butuh proses, dan beli bahannya aja kalau rumah yang setengah badan pun nilai itu sangat kurang apalagi yang permanen kewajarannya mana, saya cukup prihatin atas kejadian ini,” ujarnya.***Bayu/Aldy