Dejurnal.com, Bandun g- Pasar tumpah di jalan seputar RW 13, Desa Margahayu Tengah, Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung telah lama beroperasi. Ratusan pedagang dari kuliner olahan, buah-buahan, pakaian, perabot dapur, bahkan hewan peliharaan tiap hari Minggu berjejer memenuhi bahu kiri -kanan jalan yang menghubungkan desa tersebut dengan Desa Rahayu Kecamatan Margaasih.
Sayangnya, keberadaan pasar tumpah ini boleh dibilang tidak resmi. Menurut Kepala Desa Margahayu Tengah, Asep Zaenal Mahmud, kegiatan pasar tumpah di tiap hari Minggu ini sudah ada sejak dirinya belum menjadi kepala desa. Asalnya dari Desa Rahayu, kemudian bersambung ke Desa Margahayu Tengah
Sebetulnya, aku Asep pihak desa ingin menata pasar tumpah tersebut lebih terstruktur, namun karena di Desa Rahayu juga tidak ada pengelolaan resmi atau tidak melibatkan pemerintah desa, maka Asep Zaenal juga tidak bisa melangkah lebih jauh.
Meski pernah ada komunikasi dengan pengelola yang tidak resmi atau berjalan secara tradisional.
“Karena dulunya berasal dari Desa Rahayu, jadi saya tidak bisa membuat aturan yang terpisah dari Rahayu. Jadi kalau asalnya pengelolaan itu tidak melibatkan desa, kita juga tidak bisa masuk terlalu jauh,” kata Asep Zaenal di kantor desanya, Selasa (2/12/2025).
Pasar tumpah tersebut selama ini, lanut Asep
berjalan secara tradisional. “Para pengelolanya juga tidak terstruktur atau tidak resmi. Retribusi tidak ada karena kita kaitan dengan saber pungli dan lain sebagainya,” katanya.
Asep Zaenal mengaku, pihaknya pernah komunikasi dengan pengelola yang tidak resmi, bahwa pihak desa akan memfasilitasi, serta menyamoaikan bahwa pihaknya tidak akan mengurangi dari penghasilan mereka selama ini.
” Kita sudah sampaikan supaya lebih tertib, akan lebih resmi. Kalau hasil musyawarah pungutan lebih resmi. Kita saling menguntungkan. Mereka ingin berjualan, kita yang sebagai punya wilayah ada kontribusi minimal untuk infrastruktur wilayah, dan sampah diurus, infrastruktur terjamin, ” ujar Asep.
Namun, sampai saat ini keinginan itu belum terwujud. Tapi, kata Asep karena masyarakat sekitar tidak merasa terganggu, karena mungkin sudah terbiasa.
” Jadi menikmati karena mereka juga mungkin membutuhkan. Jadi sepanjang tidak saling mengganggu walaupun tidak saling menguntungkan tidak masalah,” kata Asep.
Di samping kepala desa, Ketua RW 13 desa tersebut, Uden menambahkan, ratusan pedagang pasar tumpah tersebut kebanyakan dari luar wilayahnya. Ia menyebut paling hanya 30 persen warga Desa Margahayu Tengah, selebihnya dari luar.
Terhadap keberadaan pasar tersebut ia selalu ada komunikasi dengan kepala desa, bahkan meminta saran. Tapi seperti dikatakan Asep Zaenal, keberadaan pasar tumpah di wilayahnya, meski tidak melibatkan pemerintahan, namun karena tidak mengganggu masyarakat ia pun sejalan dengan pihak desa.* Sopandi














