Dejurnal, Ciamis,- Di tengah kondisi jalan rusak yang menghambat aktivitas harian masyarakat, warga Desa Sindangbarang, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis menunjukkan semangat gotong royong.
Setelah dua pekan akses jalan utama desa lumpuh akibat kerusakan parah, warga akhirnya melakukan perbaikan sementara secara swadaya.

Jalan tersebut bukan sekadar penghubung antardesa, namun juga akses penting bagi masyarakat menuju Kabupaten Majalengka dan wilayah sekitarnya.
Kerusakan jalan berdampak besar terhadap kelancaran transportasi, distribusi hasil tani, hingga akses ke fasilitas pendidikan dan kesehatan.
Penjabat Kepala Desa Sindangbarang, Edi Muhamad Alhidayah, mengungkapkan bahwa kondisi jalan sudah rusak sejak dua tahun terakhir. Namun, kerusakan makin parah setelah musim hujan dan dilewati kendaraan berat yang melintas membawa hasil pertanian dan logistik.
“Kondisi jalan sangat memprihatinkan. Lubang besar di berbagai titik, sebagian permukaan jalan sudah seperti kubangan. Dalam dua minggu terakhir, kendaraan roda dua dan empat sulit melintas. Masyarakat benar-benar terdampak, terutama petani dan pedagang,” ungkap Edi saat dihubungi Selasa (22/04/2025)
Pemerintah Desa Sindangbarang sebelumnya telah melaporkan kondisi jalan tersebut kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Ciamis. Namun karena keterbatasan anggaran di tingkat kabupaten, usulan perbaikan dialihkan ke Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
“Pihak PUPR sudah turun ke lapangan, berdialog langsung dengan kami, juga dengan tokoh masyarakat. Mereka memahami urgensinya, tapi menyampaikan bahwa untuk skala perbaikan seperti ini, harus menunggu dana dari provinsi. Sayangnya, kami tidak tahu kapan anggaran itu akan turun,” jelasnya.
Tak ingin terus menunggu, masyarakat berinisiatif menggalang dana secara swadaya. Dalam waktu singkat, terkumpul dana sekitar Rp5 juta, ditambah sumbangan dari sejumlah perusahaan yang beroperasi di sekitar desa.
Warga bergotong royong memperbaiki jalan dengan material seadanya, menimbun lubang besar dengan batu dan tanah, serta meratakan jalur-jalur yang tak bisa dilalui.
“Sekarang kendaraan sudah bisa lewat. Memang tidak terlalu lancar, tapi paling tidak aktivitas warga tidak lagi sepenuhnya terhenti,” kata Edi
Menurut Edi, rusaknya jalan disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor. Letak geografis desa yang berada di kawasan perbukitan dengan curah hujan tinggi menyebabkan erosi dan genangan air. Selain itu, kendaraan berat yang membawa hasil pertanian maupun barang logistik kerap melintasi jalur tersebut tanpa batasan muatan.
“Kalau tidak segera diperbaiki secara permanen, kerusakan seperti ini akan terus berulang, dan warga akan kembali menanggung beban ekonomi dan sosial,” tambahnya.
Edi mewakili masyarakat Sindangbarang berharap ada percepatan dari pihak pemerintah, khususnya dari PUPR . Ia juga mendorong agar ada fleksibilitas dalam penyaluran dana jika memang ada alokasi darurat atau bencana infrastruktur.
“Kami tahu anggaran terbatas, tapi kalau hanya menunggu tanpa ada tindak lanjut, kasihan masyarakat. Jika pun ada dana cadangan atau program lainnya di PUPR, kami sangat berharap perbaikan bisa segera dilakukan,” tegasnya.
Jalan ini merupakan akses utama bagi lebih dari 1.000 warga, termasuk anak sekolah yang setiap hari menempuh perjalanan ke pusat kecamatan. Jalan alternatif yang ada memutar cukup jauh dan memakan waktu dua kali lipat.
“Mobilisasi ekonomi warga sangat terganggu. Akses pertanian, pasar, dan bahkan ke puskesmas menjadi lebih sulit. Kita ingin jalan desa ini tidak lagi jadi prioritas terakhir dalam daftar pembangunan,” pungkasnya (Nay Sunarti)