Dejurnal.com, Bandung – Sari Pohaci, adalah judul lukisan karya R Cahyadi yang pada tahun 2016 dibeli dengan harga pantas oleh Dedi Mulyadi ketika masih menjabat sebagai Bupati Purwakarta.
Ketika itu Dedi Mulyadi berkunjung ke Kabupatem Bandung dalam rangka magelaran kelompok seninya gamelan Dangiang Ki Sunda di Bale Rame komplek Gedong Budaya Sabililungan (GBS).
Dedi disuguhi penpilan kreasi seni di GBS dan pameran lukisan di beranda GBS. Bersama 10 lukisan lainnya dengan harga bervareasi dan dinilai memuaskan R Cahyadi, diantara puluhan lukisan karya kelompok pelukis Kabupaten Bandung yang menamakan dirinya “Gradasi”, Sari Pohaci diboyong Dedi ke Purwakarta.
Itulah momen yang paling berkesan di tahun 2016 yang dirasakan R Cahyadi dengan kelompok Gradasinya. Di tahun ini, di masa pandemi ada lagi satu lukisan yang paling berkesan yaitu lukisan ” Raden Wirjaatmadja Perintis Bank Pribumi- (Patih Purwokerto).”
R Cahyadi tidak menyebut berapa harga lukisan pesanan itu. Ia hanya bilang dihargai pantas. Kesann yang lain dari pengerjaan lukisan tersebut yaitu dari konsep sejarah pendirian Bank Pribumi. Jika disebut kesan dari harga, bisa saja lebih tinggi dari Sari Pohaci.
Selain lukisan Perintis Bank .Pribumi, ada sekitar 6 lukisan yang dipesan oleh orang Amerika. Lukisan-lukisan tersebut dikerjakan di Galeri Salaras. Ini kesan yang lain dari lukisan itu, kalau dulu membawa nama Gradasi, sekarang Galeri Salaras.
Galeri Salaras ( Sajalan Lampah Jeung Rasa) sudah lama berdiri, sekitar tahun 2014. Didirikan R Cahyadi yang juga sebagai Ketua Bidang Seni Rupa di Paguyuban Seniman dan Budayawan Kabupaten Bandung (Pasebban) dan Kiki Dikdik Ruyama.
Menurut pelukis yang pernah mengenyam pendidikan di salah satu Pendidikan Seni Rupa di Bandung ini,
Perbedaan Gradasi dan Salaras, kalau Gradasi adalah komunitas yg membawahi para seniman lukis seluruh Indonesia, sedangkan Salaras adalah sebuah galleri atau studio seni yanng membina para talenta di Kabupaten Bandung khususnya seniman lukis.
“Awalnya memang di Kabupaten Bandung, tapi karena banyak usulan dari luar yang menjadi anggota sehingga Gardasi skupnya nasional,” katanya.
“Salaras itu galeri milik pribadi. Tapi ada 5 orang pelukis anggota saya di sini yang aktif. Ya annggota Gradasi juga,” kata R. Cahyadi di Galerinya, Komplek Gading Tutuka 1 Blok B 2 nomor 34-35, Desa Cingcin, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung, Senin (14/6/2021).
Di tengah pandemi, menurut R. Cahyadi terasa dampaknya pada kegiatan melukis. Diantaranya penyelenggaraan kegiatan pameran terbatas yang berdampak pada marketing. Namun ia menyiasati dengan membuat bentuk market yang bisa tembus karya-karya lukis para pelukis di galerinya.

“Kebetulan ada pesanan dari klien yang minat dan atensinya ternyata cukup tinggi terhadap karya teman-teman yang ada di Salaras. Saya rekrut anak-anak (pelukis di Galeri Salaras) untuk mengerjakannya, tapi memang standarisasi Salaras. Yang maju Salaras, bukan Gradasi,” kata R Cahyadi.
Sebagai pelukis yang sudah terjun ke dunia melukis sejak kecil, kegiatannya tidak lepas dari studio. Karenanya memiliki galeri bukan hanya sebagai tempat berekpresi dengan kanvas, kuas, dan cat warnanya, bagi R Cahyadi Galeri Salaras juga sebagai pengembangan kemampuan diri.
Selain itu, kata R Cahyadi dirinya dan Galeri Salarasnya harus menjadi proses pembelajaran bagi yang lain dan berguna bagi lingkungan sekitar khususnya dan umumnya Indonesia, serta mengangkat derajat sebuah karya.
R Cahyadi mengaku, selama ini Galeri Salaras untuk mengadakan work shop untuk anggotanya agar selalu meningkatkan kreativitas karya untuk mencapai standarisasi kwalitas yang diinginkan.
“Karena waktu saya di luar negeri juga begitu. Mahalnya karya seorang seniman lukis itu dilihat dari bobot pribadinya bagaimana dan lingkungannya juga bagaimana,” punhkas R Cahyadi yang sudah bertandang beberapa kali ke luar negeri berkaitan dengan kiprahnya sebagai pelukis.***Sopandi