Oleh : Oos Supyadin, Garut Selatan
Memperingati Hari Sumpah Pemuda tidak lepas dari peran penting sosok Kartosoewirjo, dirinya menjadi satu dari 13 tokoh yang mencetuskan Sumpah Pemuda.
Pada umur 8 tahun, Kartosoewirjo masuk ke sekolah Inlandsche School der Tweede Klasse (ISTK). Sekolah ini menjadi sekolah nomor dua untuk kalangan bumiputera. Empat tahun kemudian, dia masuk ELS di Bojonegoro (sekolah untuk orang Eropa). Orang Indonesia yang sukses masuk ELS adalah orang yang memiliki kecerdasan yang tinggi. Di Bojonegoro, Kartosoewirjo mengenal guru rohaninya yang bernama Notodiharjo, seorang tokoh Islam modern yang mengikuti alur pemikiran Muhammadiyah. Dia menanamkan pemikiran Islam modern ke dalam alam pemikiran Kartosoewirjo. Pemikiran Notodiharjo ini sangat memengaruhi sikap Kartosoewirjo dalam meresponi ajaran-ajaran Islam.
Setelah lulus dari ELS pada tahun 1923, Kartosoewirjo melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi Kedokteran Nederlands Indische Artsen School.
Kartosoewirjo, selain dikenal sebagai tokoh pencetus Sumpah Pemuda, dirinya juga merupakan imam besar atau pemimpin tertinggi DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) atau NII (Negara Islam Indonesia).
Namun dibalik perannya sebagai Tokoh pencetus Sumpah Pemuda, ada kisah sedih di akhir hayatnya yang sampai membuat, Presiden Soekarno ikut berlinang air mata.
Kartosoewirjo, adalah salah satu kawan dari Soekarno kala masih menimba ilmu dan mondok di rumah HOS TJokroaminoto di Surabaya pada tahun 1918-an.
Ketika menjabat menjadi Presden pasca Kemerdekaan Indonesia, selang berapa tahun kemudian meletuslah pemberontakan yang dipicu kekecewaan dan dipimpin oleh sang sahabat, Kartosoewirjo.
Salah satu keputusan berat yang harus diambil Soekarno adalah menandatangai vonis mati terhadap sahabatnya tersebut.
Pada 1918 ia adalah seorang sahabatku yang baik. Kami bekerja bahu membahu bersama Pak Tjokro demi kejayaan Tanah Air.
Pada tahun 20-an di Bandung kami tinggal bersama, makan bersama, dan bermimpi bersama-sama. Tetapi ketika aku bergerak dengan landasan kebangsaan, di berjuang semata-mata menurut azas agama”, Kata Soekarno yang dikutip dari buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat.
Kartosoewirjo adalah salah satu sahabat semasa tinggal di rumah Pak Tjokro yang tak pernah bosan mengomentari Soekarno saat berlatih pidato di depan cermin.
Namun perjuangan kedua sahabat itu mulai berbeda arah, yang membuat seperti terlihat berselisih pandang. Soekarno sangat nasionalis, sedangkan sang sahabat, Kartosoewirjo sangat religius (Islam).
Kartosoewirjo, pemimpin DI/TII yang mendeklarasikan Negara Islam Indonesia, ternyata merupakan pelaku sejarah penting dalam Sumpah Pemuda 1928. Terlepas dari kisahnya yang kontroversial, semoga masyarakat Indonesia dapat melihat sejarah secara proporsional.
Dalam catatan sejarahnya, Kartosoewirjo aktif dalam organisasi Jong Java, sempat menjadi ketua cabang Surabaya, dan Jong Islamieten Bond.
Pada 1927, Kartosoewirjo dianggap terlibat pergerakan politik dan dikeluarkan dari NIAS. Ia kemudian tinggal di rumah Tjokroaminoto, yang merupakan tokoh sentral pergerakan nasional, lantas menjadi guru politik sekaligus mentor Islamismenya.
Karena kecerdasan dan keuletannya, Kartosoewirjo sempat diangkat menjadi sekretaris pribadi Tjokroaminoto, yang merupakan presiden PSII pada masa itu.
Kartosoewirjo berhasil menduduki jabatan Sekretaris Umum PSII, berdasarkan hasil kongres Desember 1927, yang membawanya ke Jakarta (Batavia).
Di Jakarta, ia semakin aktif dalam pergerakan dan menjadi pelaku sejarah Sumpah Pemuda.
Kartosuwiryo termasuk dalam 13 Tokoh Pelopor / Pencetus Lahirnya Sumpah Pemuda, berikut adalah beberapa tokoh pelopor Sumpah Pemuda:
1. Soegondo Djojopoespito
Soegondo Djojopuspito adalah tokoh pemuda yang aktif dalam Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) yang membuatnya ditunjuk untuk memimpin Kongres Pemuda Indonesia Kedua dan menghasilkan Sumpah Pemuda.
2. Moehammad Yamin
Moehammad Yamin berasal dari Jong Sumatranen Bond atau pemuda dari Sumatera. Beliau merupakan pencetus kongres pemuda dan menjadi sekretaris pada saat Kongres Pemuda Indonesia. Beliaulah yang merumuskan isi teks Sumpah Pemuda serta mengusulkan dijadikannnya Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
3. Wage Rudolf Soepratman
Nama Wage Rudolf Soepratman atau W.R Soepratman pastinya sudah sangat tidak asing bagi kita semua.
Ya, dialah sang pencipta lagu Indonesia Raya. Pada saat Kongres Pemuda, beliau memperkenalkan lagu ciptaannya Indonesia Raya yang diiringi dengan biola, yang hingga saat ini dijadikan lagu kebangsaan Indonesia.
4. Amir Syarifuddin Harahap
Amir Syarifuddin Harahap berasal dari Jong Batak atau pemuda dari Batak. Beliau merupakan salah seorang pemuda yang aktif menyumbangkan pemikirannya untuk perumusan sumpah Pemuda, pada saat itu beliau bertugas sebagai Bendahara Kongres Pemuda Indonesia.
5. Sie Kong Liong
Sie Kong Liong adalah pemuda keturunan Tionghoa, beliau mempunyai peran yang penting dalam kelancaran Kongres Pemuda pada saat itu.
Hal itu dikarenakan beliau telah menyediakan rumahnya sebagai tempat dilaksanakannya Kongres Pemuda. Rumah tersebut kini jadikan Museum Sumpah Pemuda, terletak di Jalan Kramat No.106, Jakarta Pusat.
6. Sarmidi Mangoensarkoro
Sarmidi Mangoensarkoro adalah pejuang di bidang pendidikan, beliau ikut tampil sebagai pembicara pada Kongres Pemuda dan menyampaikan pidato tentang Pendidikan Nasional, yang mengemukakan bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan dan dididik secara demokratis, serta perlunya keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah.
7. Soenario Sastrowardoyo
Soenario Sastrowardoyo merupakan pengacara yang aktif membela para aktivis pergerakan yang berurusan dengan polisi Hindia Belanda. Pada saat kongres pemuda berlangsung beliau berkesempatan melakukan pidato dengan tema pergerakan Pemuda dan Persatuan Indonesia.
8. Djoko Marsaid
Djoko Marsaid merupakan perwakilan dari Jong Java, Beliau merupakan wakil ketua Kongres Pemuda mendampingi Soegondo Djojopuspito.
9. Johannes Leimena, adalah salah satu anggota Kongres Pemuda yang merupakan perwakilan dari Jong Ambon.
10. Kartosiewirjo atau Sekarmadji Maridjan Kartosiewirjo
Merupakan aktivis yang pernah mengenyam pendidikan di Eropa.
11. Kasman Singodimedjo
Merupakan pemuda yang merintis adanya Pramuka di Indonesia, beliau juga dikenal sebagai orator yang ulung.
12. Mohammad Roem, adalah seorang mahasiswa di bidang hukum yang juga aktif dalam perkumpulan pemuda Indonesia.
13. A.K Gani atau Adnan Kapau Gani adalah Jong Sumatran Bond yang merupakan perwakilan dari Palembang, beliau juga merupakan seorang dokter.
Di awal masa kemerdekaan dan awal pembentukan pemerintahan, Kartosoewirjo pun menolak posisi menteri yang dinegosiasikan oleh Amir Sjarifuddin yang saat itu menjabat Perdana Menteri. Pada waktu itu, Sugondo Djojopuspito, yang kenal dekat dan baik dengan SM Kartosoewitjo dan Amir Sjarifuddin ketika peristiwa Sumpah Pemuda 1928 di Batavia, membujuk Kartosoewirjo: “Wis to Mas, miliho menteri opo wae asal ojo Menteri Pertahanan utowo Menteri Dalam Negeri (Sudahlah Mas, pilih menteri apa saja, tapi jangan Menteri Pertahanan atau Menteri Dalam Negeri)”.
Kartosoewirjo menjawab: Emoh, nek dasar negoro ora Islam (Tidak mau, sekiranya dasar negara bukan Islam).
Sebagai seorang pejuang seperti yang lain, tentunya Kartosoewirjo memiliki sisi kekuatan dan kelemahan. Itu yang perlu kita tempatkan secara dewasa, tenang, dan proporsional.
Dirgahayu Pemuda Indonesia, Satu Tanah Air, Satu Bahasa dan Satu Bangsa… INDONESIA.
*) Penulis seorang budayawan, tinggal di Kabupaten Garut