Dejurnal.com, Garut – Adanya pernyataan tersebarnya LGBT di Kabupaten Garut yang sudah mencapai angka 3.000 orang membuat publik terperangah dan memberikan tanggapan beragam, salah satunya Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Garut, Irwan Hendarsyah SE.
Menurutnya, LGBT merupakan virus dari pergaulan bebas dimana penyebarannya begitu cepat dan tentunya sangat merusak. “Bukan hanya pada pelaku sex menyimpang atau LGBT saja tapi bagi kehidupan sosial sekitar bahkan tidak menutup kemungkinan pada orang orang terdekat karena dalam penyebarannya LGBT ini bagaikan virus yang menular, siapapun bisa terkena melalui kebiasaan yang salah dalam sosial pergaulan,” terang Ketua DKKG yang akrab dipanggi Kang Jiwan.
Disamping rawan terjangkitnya virus Aids dan HIV, lanjutnya, akibat sex menyimpang prilaku LGBT ini, jelas ini akan menular sebagai virus yang merusak dan mematikan, bukan hanya kesehatan tetapi bagi kehidupan manusia generasi selanjutnya.
“Saya pribadi merasa geram dengan banyak kumpulan orang-orang berkepribadian ganda ini katakanlah kaum LGBT dengan begitu cepatnya bertambah terus di kabupaten Garut ini, dari viralnya pada tahun 2018 yang diprediksi saat itu lebih dari 1500 dan kini katanya sudah mencapai angka 3000 yang tersebar tidak pandang bulu golongan dan kalangan manapun, terlebih pada anak rentan usia sekolah, dan sangat riskan sekali,” ujarnya.
Kang Jiwan menegaskan, hal ini berpengaruh terhadap kehidupan selanjutnya, dan akan dikemanakan generasi yang akan datang jika penyebarannya tidak di tangani dengan serius.
“Hancurlah negara kita, sudah menyalahi kodrat manusia agama dan negara, tinggal turun azab saja rupanya inilah manusia diakhir jaman,” ujarnya dengan nada geram.
Menurut Kang Jiwan, semua ini adalah bukti bahwa dalam berbudaya manusia sedang dalam transisi peralihan kebiasaan, adat yang salah kebiasaan yang buruk sehingga menghilangkan budaya yang sebenarnya dimasyarakat.
“Budi pekerti ageman (agama) dari cipta karsa manusia berakal sehat yang sejak dulu hingga kini dijalankan oleh manusia sebagai tuntunan berperilaku dalam kehidupan keseharian manusia, terciptalah harmonisasi tentram silih asah asih asuh yang menjadi budaya kita sebenarnya, kini dirusak dengan citra perilaku LGBT yang sangat meresahkan bagi orang tua juga masyarakat kabupaten Garut terlebih pemerintah yang merasa kecolongan dengan jumlah yang pantastik ini,” Imbuhnya.
Kang Jiwan berpendapat jurus paling ampuh untuk menangani penyebaran virus LGBT ini hanyalah vaksin budaya, dimana komposisi didalamnya sudah sangat komplet seperti ajaran kebaikan, agama, tata krama, kesehatan peraturan kehidupan kebiasaan yang baik.
“Semua menjadi satu kesatuan dalam pola hidup yang menjadi jadi tuntunan bagi kehidupan berikutnya, jika nilai budaya lebih bisa diterapkan bersama sama pada anak anak kita lingkungan sosial kita saya yakin pemerintah akan mudah menekan bahkan menghilang virus LGBT di kabupaten Garut, jangan sampai julukan kota seribu pesantren, kota santri berubah menjadi kota lautan LGBT,” ujarnya.
Kang Jiwanpun berterima kasih kepada pihak yang telah berani mengungkap penyebaran kaum LGBT di Kabupaten Garut terlepas dari benar apa tidaknya angka 3000 tersebut, tapi ada yang lebih penting yaitu penyadaran sedini mungkin terhadap kehidupan selanjutnya dan penerapan nilai budaya wajib segera di tanamkan dalam kehidupan anak-anak sekitar kita.
“Jangan tutup telinga bagi orang tua kita yang mengetahui anaknya mempunyai kelainan baik dalam berprilaku kesehariannya sebagai LGBT, disini peran orang tua sangatlah vital dalam sesegera mungkin mengambil tindakan persuasif dalam melakukan pembinaannya, serta pemerintah wajib segera turun tangan dengan mengambil tindakan serius menyatakan Garut bebas LGBT dengan perda terkhususkan serta mengajak semua masyarakat untuk bersatu memerangi penyebaran LGBT di kabupaten Garut,” pungkas Ketua dewan Kebudayaan Kabupaten Garut Kang Jiwan.***Raesha