Dejurnal.com, Garut – Sekilas pria bertopi dan memakai kacamata ini tak terlihat ada keistimewaan, namun siapa yang menyangka pria yang selalu berpakaian sederhana ini merupakan salah satu Perupa yang mendapatkan undangan langsung untuk membuat cendera mata karya seni sketsa wajah 33 tamu kehormatan di Group of Twenty (G20) 2022 di Bali tahun lalu.
Pria kelahiran Garut ini bernama Destra Yana, yang memiliki kemampuan membuat sketsa wajah dengan hasil yang hampir mirip dengan wajah aslinya, kendati hanya dibuat dari coretan pensil saja. Hasil karyanya, ia sebut dengan sketsaterapi.
“Waktu di acara G20 ada 33 orang menteri dari berbagai negara yang saya buat sketsa wajahnya, rencana awalnya 43 orang, namun sebagian tidak bisa hadir,” kata Destra Yana saat bertemu dejurnal.com di Sekretariat Dewan Kebudayaan Kabupaten Garut, Jumat (26/5/2023).
Ia menuturkan, kehadirannya dalam pertemuan internasional G20 di Bali itu atas undangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia. Dan itu merupakan suatu kehormatan karena bisa menunjukkan aksi membuat sketsa wajah yang dilakukan langsung di lokasi acara di Bali.
“Sebelum bisa pergi ke Bali, ternyata dites dulu oleh KLHK, alhamdulillah lolos ujian,” ujarnya.
Destra mengaku sempat menghadapi beberapa tantangan saat membuat sketsa wajah di lokasi dengan objek berbagai karakter dan ras berbeda, terlebih yang memiliki rambut keriting.
“Ada beberapa menteri perempuan yang rambut bertekstur keriting kriwel-kriwel (keriwil), nah itu cukup sulit, sedangkan sketsa terapi dominan tarikan garis lurus,” katanya.
Destra mengungkapkan, kedatangannya ke acara G20 di Bali mendapat sambutan hangat dari tamu atau orang-orang yang datang ke lokasi tersebut. Apalagi sketsa wajah sebagai cenderamata, kata dia, bagi mereka para pejabat negara merupakan sesuatu yang baru sehingga mengapresiasinya.
“Apresiasinya bagus banget pak, malahan kalau disebutkan mungkin cenderamata berupa sketsa itu hal baru mungkin,” katanya.
Menurut Destra, undangan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta apresiasi dari para pejabat menteri berbagai negara di G20 menjadikan spirit baru bagi dirinya setelah dua tahun ke belakang sempat mengalami penurunan produktivitas dalam berkarya karena sakit.
“Di daerah sendiri, apresiasi terhadap karya sketsaterapi tidak seluar biasa waktu di acara G20,” katanya.
Destra mengaku, di daerah asalnya Garut, karyanya seperti dipandang sebelah mata, tidak sedikit pejabat Garut yang hanya melirik saja ketika wajahnya dibuatkan sketsa. “Namun masih ada pejabat yang baik dan menghargai karya sketsaterapi, alhamdulillah,” ujarnya.
Kini, pasca diundang kementerian di acara G20 membuat Destra Yana bersemangat kembali untuk berkarya. “Ini sebuah energi baru untuk kembali berproduktivitas atau berkarya,” pungkas bapak dengan empat anak ini.***Raesha