Selasa, 21 Mei 2024
BerandaGerbangDesaBumDesaPengelolaan Bumdes Beres, Air Bersih di Margahayu Tengah Jadi PADes

Pengelolaan Bumdes Beres, Air Bersih di Margahayu Tengah Jadi PADes

Dejurnal.com, Bandung – Mulai dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Margahayu Tengah (Marteng), Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung tahun 2014, instalasi sumur air bersih tiap tahun mengalami peningkatan omset. Dari Rp 80 juta pertahun, sampai tahun 2020 omset plutonya mencapai Rp 1,2 miliar, masuk ke Pendapatan Asli Desa (PADes) Rp 112 juta. Tahun 2021 ini ditargetkan masuk PADes Rp 120 juta.

Kepala Desa Margahayu Tengah, Asep Zaenal Mahmud menyadari di awal dirinya menjabat kepala desa, kebutuhan warga akan air bersih harus terpenuhi agar di saat musim kemarau tiba, 17.500 jumlah warganya itu tidak kelabakan karena sulit mendapatkan air bersih.

Pada awalnya beberapa sumur dibuat hanya untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga di 88 RT/ 16 RW yang ada di desa tersebut. Namun, kemudian dibuat peraturan desa (Perdes) untuk mengelola instalasi air bersih secara serius oleh Bumdes Marga Bhakti Persada. Ternyata, sampai kini omset plutonya mencapai Rp 1,2 miliar pertahun dan masuk PADes Rp 112 juta.

Dihubungi di kantornya, Jum’at ( 29/1/2021) Asep Zaenal yang juga Komisaris Bumdes Marga Bhakti Persada mengaku, PADes yang didapat dari pemgelolaan air bersih tersebut beberapa persennya kembali lagi kepada warga masyarakat. Diantaranya untuk para Ketua RT dan RW, yang rata-rata mendapat Rp 2 juta perbulan, tergantung jumlah warga pelanggan di setiap RW-nya. Kemudian sumbangan ke masjid-masjid. Ada sekitar 16 masjid di desa tersebut, mushola, bea siswa, untik santunan panti asuhan, dan bantuan modal bagi keluarga prasejahtera.

Di tempat terpisah, Ketua Bumdes Marga Bhakti Persada, Aep Saepulloh menuturkan, saat ini target sambungan air bersih untuk warga di seluruh RW (1-16) telah tercapai. Di 16 RW ada 29 titik sumur dengan jumlah 3000 (tiga ribu) sambungan ke runah warga.

“Sisa dari jumlah warga yang tidak melanggan, karena mereka sudah memiliki sumur atau sibel sendiri,” katanya di kantor Bumdes yang tak jauh dari kantor desa setempat.

Di satu RW ada yang masih satu sumur dan ada yang lebih dari dua sumur dengan kedalaman masing-masing 100 meter. Kemudian air ditampung masuk torn besar yang ditempatkan di penyangga dengan ketinggian antara 7-8 meter. Dengan menggunakan gaya gravitasi itu, air disalurkan ke rumah-rumah warga dengan dipasang water meter untuk mengontrol penggunaan air, sehingga dapat ditentukan berapa warga pelanggan harus membayar perbulannya. Dengan ketentuan harga Rp 3000/ kubik.

Untuk antisipasi bila mana ada gangguan, idealnya minimal ada dua sumur di masing-masing RW. Namun, menurut Aep tidak jadi masalah besar, karena gangguan yang diakibatkan kerusakan mesin jarang terjadi. Dua sumur ini sebagai penguatan kapasitas supaya pasokan air kepada warga tidak terganggu.

Dengan melakukan perawatan tiga bulan membersihkan torn, tiga bulan membersihkan saluran atau perawatan lainnya pasokan air ke warga lancar, malahan masih aman meski dalam keadaan kemarau enam bulan.

Biasanya dalam tiga tahun, kata Aep gangguan terjadi karena permukaan air berkurang atau menyumbatan pori-pori di instalasi. Ini bisa di lakukan dengan “jeeting” atau pengangkatan pipa untuk dibersihkan. Untuk perawatan ini bisa memakan anggaran Rp 16 juta/ bulan.

Perawatan dilakukan oleh pemgurus titik yang berjumlah 16 orang. Mereka sudah mendapat pembekalan melalui pelatihan. Jumlah anggota Bumdes total 26 orang.

Seorang warga Desa Marteng, Ny. Sumiati mengaku merasa terbantu dengan instalasi air bersih yang dikelola oleh Bumdes, karena selain murah juga tidak khawatir kekurangan air saat kemarau.

Ny. Sumiati mengaku tidak tahu dan tidak pernah melakukan tes laboratorium bagaimana kualitas air yang baik. Yang penting bagi dirinya, air yang digunakan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Terlihat bening tak berbau, dan aman digunakan.

Menurut Aep, pengelolaan air bersih yang dilakukan Bumdesnya dikawal Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Hasil lab layak digunakan. “Semua air di titik sumur di Marteng bagus secara lab Dinkes. Dari mulai bakteri, kimia, fisika, dan PH-nya,” terang Aep Saepulloh.

Ia menambahkan, kalau merujuk pemerintah Indonesia yang menetapkan target dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yaitu capaian akses air minum layak sebesar 75% dengan akses air minum perpipaan sebesar 30% menurut Aep, Desa Marteng sudah universal akses. *** Sopandi

Anda bisa mengakses berita di Google News

Baca Juga

JANGAN LEWATKAN

TERPOPULER

TERKINI